Darren tak meninggalkan Alexa begitu saja, dia meletakkan memo kecil di dekat tas gadis itu berisikan nomor teleponnya. “Tapi buat apa juga? Toh, dia ‘kan juga menjajakan diri malam itu!” desah Darren sambil menyugar rambut dengan kasar. Saat ini dia sudah di duduk di meja kerjanya di ruangan dosen, lebih pagi dari biasanya bahkan belum ada satu orang pun yang ada di sana kecuali janitor. “Pak Darren? Wah, tumben sekali pagi begini sudah standby!” sapa Pak Budi, janitor kampus yang berniat membersihkan ruangan. Darren tersenyum tipis. “Iya, Pak!” jawabnya singkat, enggan bicara panjang lebar. “Mau saya buatkan kopi? Sudah sarapan? Di depan sana ada kedai nasi uduk kalau masih pagi begini, Pak. Mau saya belikan?” celoteh Pak Budi riang. Darren merasa tidak enak untuk menolak, dia tah