2. Curiga

820 Kata
“Mama! Mama!” Amelia tersentak bangun, keringat dingin bercucuran. Ia membuka matanya setelah tadi sulit dan ia langsung menuju ke wastafel untuk mencuci wajahnya. Mimpi buruk itu selalu ada, datang di setiap malam. Ia tahu, ada sesuatu yang sedang terjadi tapi ia lupa apa itu. Seorang anak kecil yang minta ikut bersamanya, malambaikan tangannya dan memanggilnya mama. “Mama!” Ia tersentak kaget, saat menoleh ke arah belakang ternyata Adelia yang memanggilnya. Hampir saja ia tak ingin menoleh karena teringat mimpinya tadi. Adelia mendekat, memegang punggungnya dan mengusap wajahnya yang pucat. “Mama sakit?” tanya anak itu. Anak perempuannya itu sangat perhatian padanya. Apapun yang terjadi padanya pasti Adelia akan mencemaskannya. “Ma?” Sekali lagi Adelia bertanya padanya. Amelia segera menggeleng dan tersenyum. “Mama nggak apa-apa, hanya kaget saja tadi,” “Mama tahu tidak, Kak Rey pergi bersama Papa,” “Kemana mereka?” “Entah, Adel nggak tahu. Kak Rey juga tidak bilang apa-apa,” ucapnya seraya duduk dan mengambilkan air minum untuknya. “Papamu pasti butuh bantuan kakakmu, oh ya mana nenek?” “Nenek pergi ke pasar. Nanti akan ada pesanan kayanya, makanya nenek belanja lebih pagi tadi,” Amelia duduk dan meneguk minuman yang diberikan putrinya. Ia teringat sesuatu tapi mencoba untuk menepisnya. Sekali lagi ia hanya ingin tenang dan melupakan semuanya. ** Belakangan ini, terlihat suaminya mulai sering keluar malam. Arkana bilang kalau ada pekerjaan yang mengharuskan dia untuk lembur malam dan menyelesaikan pekerjaannya hingga tuntas sampai malam hari. Awalnya Amelia sebagai seorang istri merasa tidak curiga. Mencoba ingin berpikir positif. Tapi lama-lama, ternyata banyak hal yang janggal dan tidak masuk akal yang bisa diterima secara logika. Sangat manusiawi kalau ia merasa cemburu dan was-was. Tapi Arkana akan marah jika dia bertanya mengenai kepergiannya. “Mas, kamu selalu pergi tiap malam. Ada hal apa saja yang membuatmu harus lembur. Ini sudah hari kelima kamu lembur, lho,” ujarnya seraya berbisik agar ibunya tidak mendengar apa yang dibicarakannya. Suaminya sedang merokok dan merasa tenang seolah tidak ada yang harus dikawatirkan. “Mas, kamu dengar kan aku ngomong?” “Aku dengar, aku juga tidak tuli,” jawab suaminya. Arkana mulai terpengaruh lingkungan kerjanya yang berasal dari golongan elit dan kerap kali berpesta. Awalnya semua baik-baik saja sampai ketika ada atasan yang baru ternyata sikapnya mulai berubah. “Kalau kamu dengar, lalu jawabanmu apa, Mas?” “Aku nggak ngapa-ngapain, kerja dan kerja yang aku lakukan. Kenapa kamu seperti curiga begitu?” “Aku istrimu, wajar dong kalau aku begini,” “Halah, bilang saja cemburu! Kamu jangan banyak menonton sinetron jadinya tidak karu-karuan, kan? Suami pergi kerja malah kamu curigai,” ketusnya sambil membuang sisa rokok yang ada. Suaminya langsung menutup pintu dan merebahkan tubuhnya ke atas tempat tidur. Seperti itulah setiap saat kalau ia memulai pembicaraan tentang pekerjaannya. Ia tak habis pikir, semakin lama suaminya semakin tidak seperti dulu lagi. Kini mulai bangkit dari keterpurukan tapi malah berakhir tidak menyenangkan. Hanya karena ia bertanya tentang kepergiannya dan juga lemburnya yang aneh, malah disangka ia cemburu buta. Amelia hanya bisa mengelus d**a dan menahan kesabarannya. Hingga suatu malam, sesaat setelah suaminya melepas kemejanya, ternyata ada nota terselip di saku bajunya. Sebuah nota pembelian pakaian dan juga ponsel baru. Ia menyangka itu adalah nota biasa saja. Namun ternyata saat ia membuka nota itu ternyata suaminya lah yang mendapat barang-barang yang dibeli dalam catatan nota itu. Jadi, intinya nota ini berasal dari seseorang. Ia ingin menanyakannya tapi suaminya ternyata marah dan menuduhnya telah berlaku curiga yang berlebihan. "Kenapa harus marah, Mas? Wajar aku menanyakannya," ucapnya setengah protes. Jika suaminya marah, ia pun bisa lebih marah. Namun, untuk menjaga perasaan ibunya, kadang ia harus menahan diri untuk tidak mencak-mencak pada suaminya. Karena itulah, mungkin suaminya merasa ini akan baik-baik saja. Tanpa disadarinya ternyata membuat hubungan yang mulanya harmonis jadi sedikit mengeras karena kerikil yang cukup tajam menusuk kaki mereka saat berjalan menapaki kehidupan. Setelah beberapa kejadian yang membuat hubungan mereka kian merenggang, Amelia memutuskan untuk membiarkan sejenak suaminya melakukan sesuatu semaunya sendiri. Mulai dari pulang yang selalu larut malam hingga ketika tidak pulang sama sekali pun dilakukannya. Amelia tifak kehilangan akal, dia berusaha untuk mempercantik diri dengan mengubah sedikit penampilannya. Ia memotong rambutnya dan sering datang ke salon untuk memberikan perubahan sedikit pada wajahnya. Alhasil, Arkana pernah pulang lebih awal dan terkejut saat melihat paras wajahnya. "Mel? Ka-kamu ehm ..." Ia tahu suaminya memiliki reaksi yang cukup heran dan takjub dengan perubahan pada wajahnya. Karena sejak saat itu, Arkana selalu pulang lebih awal dan tidak lagi pulang larut malam. Namun, suatu hari ada panggilan masuk, saat ia mengangkat panggilan itu ternyata dari seorang wanita. Ia mencoba untuk berpikir positif, tapi tiba-tiba saat suaminya tahu kalau ia yang mengangkat panggilan itu, Arkana marah dan emosi. "Memangnya kenapa, Mas? Katamu, dia itu sekretarismu, aku hanya membantumu menjawab panggilan ini. Kenapa marah? Atau ..." Arkana merebut ponselnya lalu keluar dari kamar dan menjawab panggilan di luar rumah.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN