Dengan napas terengah-engah, seorang pria tampan, dengan raut wajah yang terlihat sangat khawatir, sedang berlari menyusuri lorong panjang di lantai tiga rumah sakit, setelah sebelumnya bertanya pada bagian resepsionis di lobby gedung utama. Bersamaan dengan tetesan peluh berjatuhan di kedua sisi wajahnya, langkah kaki pria itu pun mulai berhenti, kala pandangan matanya menangkap nomor ruang perawatan, dengan nama Zeira tertera pada papan tersebut. Untuk sesaat, lelaki itu terdiam di depan pintu masuk, berusaha menenangkan perasaannya, dan mengatur napas perlahan-lahan. Sedangkan di dalam ruang tersebut, seorang gadis yang sudah kembali dari alam bawah sadarnya, tengah menangis di dalam dekapan sang Ayah, dan memeluknya dengan erat, seakan ia sedang membagi semua rasa takut, dan kesedi