Suara gelegar petir, disertai angin kencang, lagi-lagi menyapa kota malam ini. Ditemani gemuruh suara air hujan yang cukup deras, seorang pria tampan berkaus biru, mengenakan celana pendek di atas lutut berwarna putih, tengah sibuk dengan berbagai alat masak di dapur sebuah apartemen. Setelah menghabiskan waktu kurang lebih empat puluh menit, dua hidangan penghilang rasa lapar pun akhirnya siap, dan kini ia bawa ke ruang tengah, tempat di mana sang kakak tengah serius menonton sebuah film action yang sedang ditayangkan oleh sebuah channel televisi luar negeri, kemudian menaruhnya di atas meja. “Lu mau yang mana, Rash?” tanya Aresh, sembari duduk di atas lantai. Pria berkaus hitam itu melirik sesaat, kemudian beranjak turun dari sofa, dan duduk lesehan di samping Aresh. Tanpa mengal