Hasutan Beracun

2581 Kata
Setelah Marven bersujud tiga kali, air mata penghinaan tanpa sadar jatuh begitu saja dari kedua sudut matanya. Marven tidak lagi berani membuat kesalahan yang sama, karena dia tahu bahwa Merry pun merasakan kekecewaan yang teramat dalam dengan apa yang terjadi pada dirinya saat ini. "Saat ini, aku tidak bisa mengatakan apa pun untuk membuatnya semakin marah. Lebih baik aku diam," batin Marven yang berusaha menelan kekecewaan atas penghinaan yang diterima bulat-bulat seorang diri. Melihat Marven telah bersujud dan mengakui kesalahannya, hal itu membuat Merry merasa lega sekaligus bangga. Walau sebenarnya Merry tidak rela cucunya harus bersujud kepada Raikhal yang seperti sampah dan bukanlah siapa-siapa, tetapi poin dari taruhan semalam adalah hidupnya sendiri dalam sumpah yang terucap. Merry selalu percaya pada agamanya. Jika Marven tidak bersujud dan mengakui kesalahannya, dia akan kesulitan tidur dan makan, karena takut akan pembalasan Tuhan pada dirinya. Kemudian dia menatap Marven dan mulai berkata-kata dengan perasaan ringan. "Marven, anggap kejadian ini terjadi untuk memberimu pelajaran. Jika kamu tidak yakin di masa depan, jangan bertaruh dengan orang lain, dan bahkan jika kamu bertaruh sekalipun, tidak boleh membahayakan keluargamu sendiri. Kamu harus ingat itu baik-baik!" Marven menganggukkan kepala dengan raut sedih yang masih menyelimuti. "Baik Oma, aku tahu, dan aku tidak akan pernah berani mengulanginya lagi" Setelah selesai berbicara, Marven melirik ke arah Raikhal, menatapnya dengan tajam. "Dasar Raikhal b******n! Hari ini kamu telah memaksaku untuk berlutut dan bersujud kepadamu, kamu telah membuatku kehilangan muka, aku pasti akan membunuhmu cepat atau lambat!" batin Marven dengan amarah yang semakin merangkak naik. Merry coba melupakan hal tersebut dan kembali berbagi kebahagian dengan seluruh keluarga yang berada di ruangan tersebut. "Aku bersyukur telah memenangkan kontrak ini di awal hari ini. Semua orang harus bergegas dan bersiap mulai detik ini. Kita harus mengambil kesempatan ini untuk membangun hubungan yang baik dengan Royal Citi Group!" Berbicara soal kontrak, Raikhal mulai teringat dengan janji Merry semalam. Dia pun menagih janji tersebut. "Oma, karena Meisya telah menegosiasikan kerja sama proyek, apakah posisi direktur perusahaan akan diberikan kepada Meisya?" Merry mengangkat kedua alisnya tinggi-tinggi dan mau tidak mau dia harus memikirkannya. Semalam dia memang mengatakan bahwa siapapun yang berhasil mendapatkan kontrak akan menjadi direktur perusahaan. Namun, ketika dia berpikir bahwa Meisya tidak pernah disukainya, dan suaminya yang tidak berguna itu telah membuatnya merasa mual sepanjang waktu, Merry mulai merasakan dilema di hatinya saat ini. "Jika Meisya naik jabatan menjadi direktur, dia tidak akan berada di bawah kendaliku di masa depan. Sekarang apa yang harus aku lakukan?" batin Merry coba menimang-nimang keputusan yang menurutnya tepat. Pada saat ini, Merry ingin menarik kembali janji sebelumnya. Dia berpikir lagi pula, dia tidak bersumpah ketika dia membuat janji tersebut, bahkan jika dia menariknya kembali, itu akan membuatnya merasa nyaman. Namun, dia merasa bahwa kata-kata semacam ini tidak dapat diucapkan ketika Meisya baru saja menandatangani kontrak. "Baiklah, besok malam aku akan mengadakan perjamuan dan mengundang orang-orang terkemuka di kota ini, dan kemudian kita akan bertemu langsung. Mengumumkan kemitraan kami dengan Royal Citi Group dan penunjukan direktur baru untuk Atmawijaya Group." Mendengar hal tersebut membuat Raikhal semakin merasa lega. Begitupun dengan Meisya yang kini dapat tersenyum lembut, setelah sekian lama posisi direktur akhirnya menjadi miliknya, dan dia tidak akan merasa dikucilkan lagi oleh orang lain di masa depan, dan orang tuanya dapat kembali mengangkat kepala mereka menjadi manusia bermartabat. Merry kembali menatap ke arah Meisya untuk kesekian kalinya. "Meisya, ada satu hal lagi yang harus kamu lakukan, dan Oma sangat menginginkan bantuan darimu." "Apa itu, Oma? Tolong beritahu aku?" tanya Meisya dengan terburu-buru. "Aku mau kamu menghubungi ketua Royal Citi dan mengundangnya ke perjamuan besok malam." Lalu Merry menjeda kata-katanya selama beberapa saat, sebelum akhirnya dia kembali melanjutkan perkataannya dengan penuh harap. "Jika dia bisa datang ke perjamuan kita, itu pasti akan menjadi hal yang baik untuk keluarga Atmawijaya, dan itu juga akan membuat keluarga kita terkenal!" Meisya merenung sejenak, lalu coba menjawab walau dengan ragu-ragu. "Tapi terakhir kali aku pergi meninggalkan Royal Citi, aku hanya melihat Tiara Larasati, wakil ketua Royal Citi Group, dan aku sama sekali tidak melihat ketua di sana. Selain itu aku juga ingin menyampaikan sedikit keberatan yang aku rasakan karena Oma mengadakan perjamuan seperti itu setelah kita mendapatkan proyek mereka. Apakah itu tidak terlihat terlalu disengaja?" "Lalu kenapa? Aku hanya ingin memberitahu seluruh orang di kota ini bahwa kita sekarang terikat dengan perusahaan besar Royal Citi Group, dan keluarga Atmawijaya akan menjadi makmur di masa depan! Bahkan jika ketua Royal Citi tidak dapat datang, tidak ada salahnya untuk mengundang Tiara Larasati. Dia adalah orang nomor dua di Royal Citi, jadi sangat baik untuk mengundangnya juga." Berbicara tentang tentang hal ini Merry terlihat sangat bersemangat. Merry memikirkan fakta bahwa sekelompok besar dari keluarga-keluarga besar yang pernah memandang rendah keluarga Atmawijaya di masa lalu, mungkin mereka semua harus mengandalkan untuk bisa bernapas pada keluarga Atmawijaya di masa depan. Hatinya tidak bisa menahan diri untuk tidak merasa antusias dengan semua ini. Merry merasa keluarga Atmawijaya berada di tangan yang tepat, yaitu di tangannya. Dan Atmawijaya Group akan menjadi lebih cemerlang dari sebelumnya. Sementara Meisya masih memikirkannya sejenak, dan kemudian dengan ragu menjawab. "Baik, aku mengerti Oma. Aku akan mencobanya." "Ini bukan percobaan, tapi ini suatu keharusan!" Meisya menganggukkan kepala dengan panik, tapi tak lama kemudian dia berusaha tenang, lalu memutuskan untuk bertanya kepada Raikhal, suaminya. "Raikhal, sekarang apa yang harus aku lakukan? Bagaimana jika ketua Royal Citi menolak untuk datang? Bagaimana jika Tiara juga tidak mau datang?" Raikhal tersenyum dengan tenang mendengar pertanyaan Meisya yang terlihat begitu gelisah. "Tenanglah, kamu belum mencobanya. Apakah kamu tidak memiliki nomor telepon Tiara Larasati? Mungkin pihak Royal Citi akan setuju untuk datang setelah kamu meneleponnya?" Keluarga Atmawijaya akan mengadakan perjamuan, selain untuk menunjukkan kekuatan keluarga Atmawijaya ke dunia luar, mereka juga akan mengumumkan promosi Meisya untuk menjadi direktur di tengah-tengah acara perjamuan. "Istriku akan dipromosikan untuk menjadi direktur di Atmawijaya Group, dan aku rasa tidak terlalu buruk untuk aku bergabung dengannya sebagai seorang suami," batin Raikhal di dalam hati. Sampai saat ini Meisya tidak tahu bahwa suaminya adalah ketua Royal Citi Group. Dia masih terlihat gelisah, dan coba menghela napas dalam-dalam, memperbaiki ekspresi wajahnya yang kusut karena terlalu memikirkan hal-hal berat. "Tiara mengatakan kalau ketua Royal Citi Group adalah tuan muda dari keluarga Salim. Menjadi seorang ketua dan tuan muda pasti sangat sibuk, bukan? Bagaimana dia bisa pergi ke acara perjamuan besok malam?" "Kurasa tidak. Mungkin sebenarnya tuan muda tidak sesibuk yang kamu pikir, bisa jadi dia hanya tinggal di rumah bersama istrinya setiap hari, memasak dan mencuci pakaian?" "Heleh! Apakah kamu pikir semua orang adalah kamu?" tanya Meisya yang menganggap Raikhal hanya bicara asal. Raikhal tersenyum begitu manis sembari mengangguk. "Ya, sangat mungkin bos Royal Citi Group sama seperti aku. Siapa yang tahu?" Meisya mengerucut manja, dan menghela napas pasrah. "Stop, Raikhal! Itu tidak mungkin!" Mengetahui bahwa Raikhal hanya bercanda, Meisya tidak memperdulikan hal itu, lalu dia mengeluarkan ponsel dan menghubungi Tiara Larasati. Tak perlu menunggu waktu lama, panggilan Meisya pun tersambung dengan Tiara. Dari seberang telepon terdengar suara ramah menyapa Meisya. "Halo, Nona Meisya." “Wakil ketua Tiara, saya ingin meminta bantuan Anda.” Meisya berkata dengan malu-malu. Dia sungguh ragu untuk merepotkan Tiara. “Ya, katakan. Nona butuh bantuan apa?" tanya Tiara yang tentu dengan senang hati akan membantu Meisya. Meisya mengatur bahasa sebaik mungkin, lalu mengambil napas dalam-dalam, dan kemudian mengumpulkan keberanian untuk mengatakannya pada Tiara. "Saya ingin bertanya apakah ketua free besok malam, karena keluarga Atmawijaya ingin mengadakan perjamuan dan secara resmi mengumumkan kerja sama dengan Royal Citi. Keluarga kami berniat untuk mengundang Anda dan ketua. Saya harap kalian bisa hadir dalam acara perjamuan nanti." Tiara terdiam beberapa saat sebelum menjawab. "Nona Meisya, saya tidak dapat mengambil keputusan tentang masalah ini, atau bisakah Anda menunggu sebentar? Saya harus meminta pendapat ketua atas undangan Anda ini." Meisya dengan hormat mengangguk dan tersenyum lega. "Terima kasih banyak, wakil ketua. Kalau begitu saya benar-benar minta maaf karena telah merepotkanmu." Setelah menutup telepon, Meisya masih menggenggam ponselnya dengan perasaan gugup, dan akan menunggu kabar selanjutnya dari Tiara. "Semoga saja ketua Royal Citi Group dengan kerendahan hatinya bersedia menerima undangan dariku untuk hadir. Semoga saja, Tuhan, walau itu terdengar mustahil karena Tiara bilang kalau identitas tuan muda Salim sangat dirahasiakan." Tak lama setelah mengakhiri panggilan dari Meisya, ponsel Raikhal tiba-tiba berdering, membuat pria itu tertegun sejenak, lalu mengutuk dirinya sendiri di dalam hati karena lupa mematikan ponselnya, dan yang menghubunginya saat ini pasti Tiara Larasati untuk meminta pendapatnya. Raikhal menjawab telepon dengan ekspresi tenang di wajahnya, dan berkata-kata sepelan mungkin. "Hum." Suara Tiara terdengar dari sisi yang berlawanan. "Ketua, keluarga Atmawijaya akan mengadakan perjamuan besok malam dan mengundang Anda untuk hadir, saya ingin memastikan apakah Anda bisa datang?" "Oh, jadi hanya itu saja, oke, tutup panggilannya sekarang!" titah Raikhal dengan ekspresi yang menegang dan menjawab begitu asal, dia tidak menanggapi pertanyaan Tiara lebih intens karena takut ketahuan oleh Meisya. Setelah itu, Raikhal buru-buru memasukkan kembali ponselnya ke dalam saku celana, kemudian dia bergumam, "wakil ketua Tiara benar-benar menjengkelkan!" Beruntungnya Meisya tidak curiga sama sekali saat Raikhal menerima panggilan entah dari siapa, tapi kemudian, ponselnya berdering lagi. Dengan cepat Meisya segera menjawab panggilan tersebut dengan wajah penuh harap. Berharap dia mendengar kabar baik dari Tiara. "Nona Meisya, ketua kami telah setuju, dan besok malam kami akan datang ke acara perjamuan keluarga Anda!" "Benarkah? Itu sungguh luar biasa. Terima kasih atas bantuan Anda, dan sampaikan juga rasa terima kasihku pada Tuan muda Salim. " Meisya begitu bersemangat. Dia tidak menyangka bahwa pihak Royal Citi Group akan menerima undangan darinya. Meisya buru-buru menyampaikan hal tersebut kepada Merry. "Oma! Ketua Royal Citi Group telah setuju untuk datang besok malam!" “Benarkah?!” Wanita tua itu tiba-tiba tampak begitu antusias dan senyuman bahagia terbit dari kedua sudut bibirnya. Setelah itu, Merry segera berkata kepada anggota keluarga Atmawijaya yang hadir. "Cepat dan persiapkan segala sesuatunya untuk menyambut ketua Royal Citi Group! Pesan hotel terbaik, pesan makanan dan minuman terbaik, dan bersiaplah untuk menyambutnya dengan baik!" Kemudian Merry kembali melanjutkan kalimatnya yang belum usai, karena dia merasa kesulitan mengatur napas setelah mendengar kabar bahagia tersebut. "Jangan lupa beritahu semua perusahaan besar di kota ini dan undang mereka ke perjamuan kita besok malam! Beritahu mereka bahwa ketua Royal Citi Group yang terhormat akan datang sebagai tamu spesial!" Tak butuh waktu lama, setelah itu seluruh keluarga Atmawijaya menjadi sangat sibuk menyiapkan segala sesuatunya. Semua orang di ruang meeting sangat bersemangat karena dapat berhubungan dan menjadi mitra Royal Citi Group, dan seketika menjadikan keluarga Atmawijaya berpangkat tinggi di kota Jakarta. Ini tidak diragukan lagi, berita ini menjadi berita blockbuster! Dalam sekejap, semua orang di kota Jakarta tahu berita itu. Ketua baru Royal Citi Group yang misterius akan muncul di pesta makan malam keluarga Atmawijaya. Merry menerima banyak telepon dengan beragam pertanyaan, dan dia menjawab dengan senyuman. Merry sangat bahagia hari ini, karena begitu perjamuan berakhir besok malam, keluarga Atmawijaya pasti akan menjadi keluarga terpopuler di kota ini. Memikirkan hal tersebut, Merry semakin tersenyum penuh semangat dan kembali menyampaikan sesuatu pada semuanya. "Oke, ayo pergi tinggalkan ruangan ini dan mulailah mempersiapkan perjamuan besok, ayo kita bergegas!" Setelah mengakhiri pertemuan pada hari ini, Merry pun kembali ke ruangannya. Marven coba memutar otak, hingga akhirnya dia memutuskan untuk mengikuti Merry dengan cermat. "Oma, apakah kamu benar-benar ingin memberikan Meisya posisi direktur di perusahaan ini?" Keduanya berjalan menuju ruangan Merry di mana tidak ada seorang pun yang mendengar pertanyaan tersebut, Marven tidak bisa menahan diri untuk berbicara secara langsung. Merry mengernyitkan dahi mendengar ucapan Marven dan mulai bertanya dengan dingin. "Aku sudah berjanji pada Meisya, mengapa aku tidak bisa memberikan posisi itu padanya?" Marven masih bersikeras untuk meruntuhkan kepercayaan Merry pada Meisya. "Oma, kamu tidak bisa membiarkan dia menjadi direktur!" Wanita tua itu bertanya balik. "Mengapa? Dia memenangkan kontrak yang begitu besar. Dia adalah pahlawan perusahaan dan harus dihormati kembali." "Alasan mengapa Meisya dapat memenangkan kontrak Royal Citi adalah karena Alden dari keluarga Hartono yang membantu dia di belakangnya. Aku mendengar bahwa Alden pergi ke rumahnya kemarin malam! Royal Citi Group menandatangani kontrak dengan keluarga Atmawijaya hari ini, kalau bukan karena Alden bagaimana bisa ada hal seperti itu? Kebetulan sekali? Aku sangat yakin Alden melakukan itu karena dia telah tidur dengan Meisya!" Ekspresi wajah Merry berubah suram mendengar kabar yang disampaikan Marven."Apakah yang kamu katakan itu benar?" Marven pun segera menjawab dengan masuk akal. "Tentu saja itu benar, Alden memang pergi menemui Meisya tadi malam ke rumahnya, Oma bisa memeriksanya apakah yang aku katakan ini benar atau tidak." "Oma, Meisya adalah wanita yang sudah menikah. Jika masalah antara dia dan Alden sampai keluar, itu akan membuat orang tahu bahwa keluarga Atmawijaya memperoleh kontrak dengan Royal Citi Group karena Alden. Mau diletakkan di mana wajah keluarga Atmawijaya jika berita itu sampai tersebar? Mau di simpan ke mana wajahmu, Oma?" Marven kembali berkata pada Merry dan meracuni pikiran wanita tua itu. Dia tidak akan pasrah begitu saja membiarkan Meisya merebut posisi direktur yang selama ini dia harapkan menjadi miliknya. Merry semakin mengerutkan dahi, dan dia begitu mempercayai sebagian besar di dalam hatinya apa yang telah Marven sampaikan padanya. Alden memang tergila-gila pada Meisya, dia selalu mengejar cucunya sejak bertahun-tahun lamanya, dan Merry tahu akan hal itu. Ketika Merry merayakan ulang tahunnya yang ke 70, Alden juga memberikan hadiah berupa Blue Diamond Ring senilai puluhan miliar rupiah. Itu juga cukup menjelaskan mengapa Meisya bisa mendapatkan kontrak 150 miliar dengan Royal Citi Group. "Jika Oma tetap membiarkan wanita tak tahu malu itu menjadi direktur, maka reputasi kita akan lebih buruk. Saat ini, kita harus memilih orang lain untuk menjadi direktur, dan kemudian memberikan kredit untuk negosiasi proyek. Pilih orang lain, dan yang terbaik adalah memilih seorang pria untuk menghindari rumor sejauh mungkin!" Merry akhirnya menganggukkan kepala setelah mencerna perkataan Marven baik-baik. Dia percaya 80% dari kata-kata Marven. "Sepertinya aku harus benar-benar memilih seseorang yang lebih pantas untuk menjadi direktur dan menghindari rumor seperti ini. Jika semua orang tahu bahwa Meisya dan Alden diam-diam menjalin hubungan gelap hanya untuk mendapatkan kontrak, ini akan sangat memalukan dan menghancurkan reputasi keluarga besar Atmawijaya! Meisya bisa saja menjelaskan ke luar bahwa dia mendapat proyek besar sekaligus naik jabatan menjadi direktur baru, itu karena usahanya yang sudah menjual diri pada Alden!" batin Merry yang tidak bisa membiarkan semua ini terjadi. Hingga akhirnya dia memutuskan untuk memilih seseorang yang lebih baik daripada Meisya. Apalagi wanita tua itu memiliki hati yang egois. Merry benar-benar tidak menyukai Meisya! Terlebih lagi, dia selalu lebih memilih anak laki-laki daripada anak perempuan, dan tidak ingin melihat status dan kekuatan Meisya di keluarga Atmawijaya meningkat. Keputusan Merry harus ditahan untuk memastikan bahwa aset keluarga Atmawijaya tidak akan mudah didapatkan oleh orang luar. Ketika dia memikirkan hal ini, dia sudah mengambil keputusan. Kemudian dia menatap Marven dengan ekspresi dingin. "Marven, di masa depan yang akan datang, kamu harus mendengarkanku, melakukan apa pun yang aku suruh, dan kamu tidak boleh melakukan apa yang tidak aku perintahkan. Kamu paham itu?" Marven pun langsung menyatakan kesetiaannya terhadap sang nenek. "Oma jangan khawatir, apa yang kamu katakan di masa depan, aku akan melakukan apa yang kamu inginkan, aku akan bertarung di mana pun yang kamu mau!" "Baiklah." Merry mengangguk puas dan kembali berkata, "pada perjamuan besok Oma akan memberitahu semua orang bahwa kamu adalah direktur baru dan bertanggung jawab penuh atas kerja sama dengan Royal Citi Group, tetapi kamu harus ingat bahwa kamu harus patuh pada setiap perkataanku, karena jika kamu membangkang maka aku bisa menahanmu, dan aku juga bisa menginjak-injakmu!" Marven sangat bahagia mendengar perkataan Merry yang ternyata percaya dengan semua kata-katanya tentang Meisya. Dia pun dengan cepat mengangguk patuh. "Jangan khawatir, Oma! Marven janji akan patuh dengan Oma!"
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN