Menang Taruhan

1202 Kata
Dengan teriakan keras yang terdengar jelas, semua orang yang berada di ruang meeting tersebut seketika terkesiap. Setelah itu, orang-orang bergegas mengeluarkan ponsel mereka dan membuka akun resmi Royal Citi Group! Akun layanan resmi Royal Citi Group telah merilis pemberitahuan terbaru. Untuk proyek hotel 5 triliun Royal Citi Group, mitra pertama ditandatangani Tiara Larasati, wakil ketua perusahaan, dan Meisya Atmawijaya perwakilan dari Atmawijaya Group, menandatangani kontrak dekorasi senilai 150 miliar rupiah. Semua orang menjadi tidak waras seakan kebakaran ketika mereka melihat judul pemberitahuan tersebut. Saat Meisya menegosiasikan sebuah proyek dengan nilai yang disepakati oleh Merry, akan tetapi jumlahnya menjadi dua kali lipat. Itu baru setengah jam pertemuan. Bagaimana bisa begitu mudah mendapatkan kontrak kerja sama? Itu sama sekali tidak terdengar logis oleh seluruh keluarga Atmawijaya. Marven benar-benar tidak menyangka dan menyesal atas kebenaran yang harus dia terima. Sebelum hari ini, Meisya tidak dapat dibandingkan dengan dirinya sendiri dalam segala aspek. Marven memutar otak ke belakang, dan berandai-andai, jika dia menerima tugas ini kemarin, tidak peduli apakah dia menegosiasikannya atau tidak, dia tidak akan pernah memberi Meisya kesempatan untuk menunjukkan kemampuannya di hadapan Merry. Pada akhirnya, dia menolak di awal karena takut gagal. Bahkan dengan dia menolak, hal itu malah dimanfaatkan oleh Meisya untuk benar-benar membuat kesepakatan. Hanya untuk mempermalukannya. Merry kembali mengambil kontrak yang sempat dia lemparkan dan belum sempat dibaca sampai selesai dengan penuh semangat, kemudian dia bergegas membacanya dengan cermat, dan tersenyum bahagia. "Bagus! Bagus sekali! Ini sangat bagus! Benar-benar bagus! Meisya, kamu benar-benar melakukan pekerjaan yang hebat!" Setelah memberikan pujian bertubi-tubi, Merry pun mulai melontarkan pertanyaan pada cucu yang telah mengharumkan nama keluarga besar Atmawijaya karena pemberitaan di seluruh media tengah menyoroti kerja sama yang menggemparkan dunia bisnis di Indonesia. "Bagaimana kamu melakukannya?" "Aku sangat merasa berterima kasih kepada wakil ketua, Tiara Larasati, dia sangat optimis tentang keluarga Atmawijaya." Sebenarnya, Meisya ingin mengatakan yang sebenarnya, tetapi, setelah memikirkannya dengan hati-hati, dia tidak tahu siapa ketua Royal Citi Group sesungguhnya, dan tidak ada yang bisa menjawab ketika dia mengatakannya nanti. Mendengar hal tersebut membuat Marven merasa semakin tidak nyaman dan rasanya ingin mati. "Tidak heran Meisya bisa memenangkan kontrak. Ternyata wakil ketua dari Royal Citi sangat optimis tentang keluarga Atmawijaya. Lalu kenapa tidak aku saja yang mengambil kesempatan emas itu? Ah sial, aku benar-benar telah melewatkan kesempatan besar yang tidak datang dua kali!" batin Marven yang berusaha membuang rasa gelisahnya saat ini. Tak lama kemudian terdengar Raikhal mulai membuka mulut. "Marven, apakah kamu masih ingat dengan taruhan kita semalam?" Ekspresi Marven seketika menegang mendengar perkataan Raikhal. Bagaimana mungkin Marven tidak ingat dengan taruhan semalam, jika dia kalah, dia akan bersujud tiga kali di depan Raikhal dan disaksikan oleh semua orang. Meisya telah berhasil mendapatkan kontrak, dan itu dapat menjelaskan bahwa Marven lah yang kalah dari taruhan semalam. "Tidak! Bagaimana mungkin aku harus bersujud di hadapan manusia sampah seperti dia! Ini sangat mustahil!" gumam Marven yang tidak siap dengan segala kenyataan yang harus dia hadapi. Marven pun menggertakkan giginya kuat-kuat. "Raikhal, apa kamu tidak ingat siapa dirimu? Kamu hanya seonggok sampah yang telah bergabung dengan keluarga besar kami yang terhormat, sehingga kamu dapat makan makanan lembut setiap hari, dan kamu ingin aku berlutut dan bersujud kepadamu?" Raikhal pun menjawab dengan acuh tak acuh, karena dia sudah tahu Marven pasti akan berkilah dan seolah-olah lupa dengan taruhan semalam. "Aku memang seorang sampah yang makan nasi lunak setiap hari, tetapi kamu telah bersumpah kemarin bahwa siapa pun yang melanggar akan menjadi ayah yang mati, ibu yang mati, kakek yang mati, nenek yang mati!" Lagi-lagi Raikhal dengan sengaja mengucapkan kata-kata "nenek mati" dengan sangat serius, membuat ekspresi Merry berangsur berubah menjadi sangat suram. Kemudian Merry menatap Marven untuk bertanya dengan suara dingin. "Apa? Apakah kamu ingin aku yang mati?" Marven yang panik segera memohon belas kasihan pada sang nenek. "Oma, kamu tidak boleh dibodohi oleh Raikhal! Dia ingin membuat cucumu ini kehilangan muka dan juga akan membuatmu kehilangan muka!" "Marven, jangan menipu Oma sendiri di sini, jangan lupa bahwa kamu telah bersumpah semalam. Jika kamu mengkhianati sumpahmu sendiri, maka kamu akan dihukum oleh Tuhan. Sekarang biar aku tanya, apakah kamu tega mengutuk Oma mu sendiri?" tanya Raikhal yang bertanya dengan ringan dan baik-baik, tanpa menggunakan emosi. "Oma, lelucon sampah seperti ini tidak mungkin benar, kan?!" "Kamu tahu bahwa aku percaya pada agama dalam hidupku dan jika sudah bersumpah kepada Tuhan, apa kamu berani melanggar sumpahmu?" "Oma…." rengek Marven yang saat ini membutuhkan pertolongan dan sang nenek, karena hanya dia yang bisa menghentikan Raikhal. Marven benar-benar panik, karena dia mulai bisa melihat saat sang nenek hampir marah. Melihat bahwa Marven bersedia untuk melanggar sumpah yang terkait dengan hidup dan mati demi dirinya sendiri, Merry memukul meja dan berteriak dengan amarah yang benar-benar telah meluap, bukan hampir lagi. "Apakah kamu bertekad untuk melanggar sumpahmu, Marven?" "Oma, aku—" Marven berkata dengan ragu-ragu, dan segera membuat perhitungan di dalam hatinya. "Jika aku mematuhi sumpahku dan mengakui kesalahanku kepada Raikhal, maka aku akan kehilangan muka. Tetapi jika aku tidak mematuhi sumpahku itu hanya akan membuat Oma marah, maka aku akan kehilangan segalanya di keluarga Atmawijaya!" Memikirkan hal ini, meskipun Marven tidak mau, dia hanya bisa menggertakkan gigi hingga rahang wajahnya mengeras. "Oke! Aku bersedia mengaku kalah!" Raikhal menatapnya sambil tersenyum, dan tidak mengatakan apa-apa, hanya menunggu Marven berlutut dan bersujud sendiri tanpa lagi diperintah seperti tadi. Seketika Marven merasa kakinya dipenuhi timah, dan dia pindah ke hadapan Raikhal dengan susah payah, selangkah demi selangkah. Dia gemetar karena rasa benci dan kembali menggertakkan gigi, tetapi kakinya masih lemah dan dia berlutut di dasar lantai. Beberapa orang pengkhianat bahkan diam-diam mengeluarkan ponsel mereka untuk merekam apa yang terjadi. Marven menundukkan kepalanya dan berkata-kata dengan suara gemetar. "Aku salah!" Setelah dia selesai berbicara, dia membungkuk dan bersujud. "Aku tidak mendengar apa yang kamu katakan, jadi bicaralah dengan suaramu yang keras!" titah Raikhal dengan sengaja dan memancing amarah Marven semakin melambung tinggi. Marven merasa hina dan kembali bersujud. "Aku salah!" Kali ini dia mengatakannya dengan suara lebih keras. Raikhal mencibir dengan perasaan puas. "Oh, jadi kamu salah, di mana letak kesalahan kamu?" tanyanya dengan sengaja. Sejujurnya Marven siap jika harus membunuh Raikhal yang telah membuatnya malu dan kehilangan muka di hadapan seluruh keluarga, tapi dia merasa bahwa ini bukanlah waktu yang tepat untuk melakukannya. "Salahku adalah aku sudah meragukan kemampuan Meisya." Raikhal menganggukkan kepala, membenarkan ucapan Marven dan merasa sangat lega. Membalas kesombongan Marven yang selama ini selalu merendahkannya telah lama tak tertahankan, dan kali ini Raikhal mengambil kesempatan untuk membiarkannya berlutut dan bersujud pada dirinya, dan mengakui kesalahannya. Baginya ini adalah pemandangan yang sangat keren. Raut bingung menghiasi wajah cantik Meisya ketika dia melihat semua ini yang terjadi di depan mata, entah mengapa kini dia merasa bahwa suaminya tampak berbeda dari sebelumnya. Namun, apa yang berbeda, Meisya tidak akan bisa mengatakannya untuk sementara waktu. Meisya mengingat kembali tampilan percaya diri ketika suaminya bertaruh dengan Marven kemarin, sepertinya Raikhal sudah lama berharap akan menang. "Kalau dipikir-pikir kenapa suamiku memiliki kepercayaan diri yang sangat kuat ya? Dia sangat yakin jika aku akan berhasil mendapatkan kontrak kerja sama, dan itu benar-benar terjadi. Bahkan dia berani bertaruh dengan Marven, dan berhasil memenangkan pertaruhan semalam." Meisya tak dapat mengabaikan hal tersebut dan bersikap masa bodoh. Dia penasaran dengan perubahan Raikhal yang perlahan demi perlahan mulai terlihat.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN