Pada saat itu tiba-tiba terlintas sesuatu hal aneh dalam benak Meisya saat dia masih penasaran dengan sosok misterius Tuan muda Salim.
"Mungkinkah Tuan muda Salim yang dimaksud Direktur Tiara adalah suamiku, Raikhal Salim?"
Tapi setelah dipikir-pikir, hal yang melintas dalam benaknya terlalu mustahil, dan itu tidak mungkin terjadi.
Raikhal Salim yang dinikahinya adalah seorang yatim piatu yang dibesarkan di panti asuhan. Namun, selain Raikhal, siapa lagi di dunia ini yang begitu baik dan peduli padanya?
70 miliar adalah harapan yang luar biasa untuk keluarga Atmawijaya, tetapi pihak Royal Citi Group secara langsung memberi 150 miliar sesuai isi kontrak yang telah dibuat di awal. Meisya merasa ketua Royal Citi begitu baik padanya, bukan? Bahkan walau Atmawijaya Group tidak memenuhi standar kerja sama, namun wakil ketua secara mengejutkan menyodorkan kontrak atas kepercayaan sang pemilik perusahaan tersebut kepada Meisya.
Dia tidak bisa untuk menahan rasa penasaran ini terlalu lama dan akhirnya memberanikan diri bertanya pada wakil ketua, Tiara. "Direktur Tiara, bolehkah saya bertanya, apakah ketua Royal Citi Group adalah Raikhal Salim?"
Jantung Tiara seketika berdetak kencang dua kali lebih cepat dari biasanya. Sementara dia ingat betul akan tuannya yang telah menjelaskan bahwa Tiara tidak boleh mengungkapkan identitasnya, dan hanya bisa mengatakan bahwa nama belakangnya adalah Salim. Jika nama lengkapnya bisa dengan mudah ditebak oleh Meisya, bukankah dia yang harus disalahkan?
"Nona Meisya, tolong jangan bertanya lebih lanjut, karena yang pasti ketua kami adalah anggota keluarga terkenal di seluruh Indonesia sampai Asia, identitasnya sangat rahasia, dan saya tidak punya hak untuk mengungkapkannya pada Anda."
"Baiklah, kalau begitu saya minta maaf jika telah lancang dan bertanya-tanya lebih lanjut tentang siapa Tuan muda Salim sebenarnya. Saya akan melupakan tentang hal itu." Meisya meminta maaf dengan tulus atas sikap keingintahuannya yang mungkin membuat Tiara merasa resah.
Dia merasa cukup dengan penjelasan Tiara yang mengatakan jika pemilik sekaligus pimpinan ketua dari Royal Citi Group adalah berasal dari keluarga Salim yang terkenal, dan dia dapat kembali ke akal sehatnya.
Raikhal adalah seorang yatim piatu, tidak mungkin menjalin hubungan dekat dengan keluarga Salim yang terkenal walau nama belakang mereka terdapat kesamaan, sepertinya Meisya terlalu banyak berpikir akhir-akhir ini dan terlalu membebani pikirannya dengan hal-hal yang tidak penting.
Setelah selesai menandatangani kontrak kerja sama dengan perusahaan raksasa di Indonesia, Meisya keluar dari ruangan Tiara penuh rasa syukur yang tiada henti dan merasa teramat bahagia.
Apa yang dia pegang di tangannya adalah perjanjian kerja sama proyek besar senilai 5 triliun rupiah antara keluarga Atmawijaya dan Royal Citi Group. Ini semua masih terasa seperti mimpi untuk Meisya.
Di luar gedung Royal Citi Group, Meisya dapat melihat sosok Raikhal dari kejauhan, dan berlari dengan penuh semangat untuk menghampirinya.
"Raikhal, aku benar-benar berhasil membuat kesepakatan kerja sama dengan Royal Citi Group!" Meisya menyampaikan kabar baik tersebut dengan setengah berteriak karena dia tak mampu membendung rasa bahagianya saat ini.
Raikhal pun tersenyum dan diam-diam bergumam di dalam hati. "Suamimu ini adalah bos Royal Citi Group, bagaimana mungkin kamu tidak bisa bernegosiasi untuk mendapatkan kontrak sebuah proyek yang memang aku rencanakan untuk kebangkitanmu, Meisya?"
Namun, Raikhal tetap berpura-pura terkejut dengan wajah yang berbinar bahagia. "Kamu dapat menegosiasikan proyek yang begitu sulit itu, istriku? Wow, sudah kuduga bahwa kamu benar-benar luar biasa!"
"Oh, bukan karena aku luar biasa, itu seperti hadiah besar dari Royal Citi Group."
“Apa?” Raikhal dengan sengaja bertanya, “mengapa kamu berkata seperti itu?”
Meisya takut Raikhal akan cemburu jika dia memberi tahu tentang ketua Royal Citi yang begitu baik dan perhatian padanya, jadi dia memilih untuk tidak menceritakan hal itu sekarang. "Oh, ini cerita yang sangat panjang. Lebih baik sekarang kita pergi ke perusahaan dan beri tahu semua orang tentang kabar baik ini."
"Apa ceritanya tidak bisa dipendekkan, agar aku bisa mendengarnya sekarang?" tanya Raikhal yang penasaran ingin mendengar cerita versi Meisya secara langsung, walau dia tahu apa isi ceritanya.
"Tidak bisa, nanti saja. Kamu akan mendengar langsung bersama keluarga Atmawijaya Group di perusahaan!"
"Baiklah! Kalau begitu aku juga sudah tidak sabar untuk melihat Marven yang seperti b******n itu menepati apa yang sudah dia pertaruhkan semalam, berlutut dan bersujud di hadapanku atas kemenanganmu!"
"Dia adalah sepupuku yang sombong, jadi aku tidak akan melarangmu untuk memberikan pelajaran atas kesombongannya selama ini!" jawab Meisya dengan tersenyum tipis.
Faktanya, Meisya juga memiliki rasa dendam pada orang-orang yang selalu berusaha merendahkannya. Marven dan orang-orang itu membenci dia dan suaminya, merendahkan dengan segala cara yang mungkin untuk dilakukan. Sekarang Meisya telah menegosiasikan kerja sama, dia benar-benar ingin membuat mereka lebih terkendali di masa depan saat berhadapan dengannya dan juga Raikhal.
Beberapa menit kemudian, Meisya dan Raikhal pun tiba di perusahaan Atmawijaya.
Di ruang rapat, semua keluarga Atmawijaya sudah berkumpul, mereka menunggu dengan rasa tidak sabar.
Semua orang tahu bahwa Meisya pergi ke Royal Citi Group pagi-pagi sekali, tetapi semua orang tidak percaya dia bisa mengatasinya, dan semua menunggu untuk mendengar leluconnya.
Tanpa diduga, dia kembali begitu cepat.
Ketika Meisya dan Raikhal tiba di ruang rapat, semua orang memandang keduanya begitu rendah.
Marven yang tidak suka berbasa-basi segera melontarkan ledekan pada Meisya yang dianggapnya telah gagal. "Ayolah Meisya, kamu sudah kembali dalam setengah jam? Bahkan sepertinya kamu tidak bisa melewati pintu masuk Royal Citi Group, bukan? Hahahaha!"
Mendengar saudara laki-lakinya menertawakan Meisya, Maydea juga tidak ingin ketinggalan untuk mencibir. Sejak awal dia sudah menduga kedatangan sepupunya itu pasti akan mendapat penolakan, sama seperti kemarin saat Tiara menolak bertemu dirinya dan juga Victor, bahkan dengan tega mengusir mereka hingga keluar gerbang.
"Oh, sepupuku yang malang, kamu gagal dalam waktu kurang dari satu jam, kamu memecahkan rekor, bukan? Kan semalam sudah aku bilang, jangan memutuskan sesuatu dengan gegabah, semuanya perlu dipikirkan matang-matang untuk mencapai sesuatu yang mustahil!"
Raut wajah Merry pun kini menjadi gelap. Proyek Royal Citi Group memang sangat sulit untuk didapatkan. Bahkan jika Meisya tidak dapat bernegosiasi, setidaknya dia harus lebih berhati-hati, bukan? Itu benar-benar membuatnya marah untuk menyerah begitu cepat.
Merry mulai mengarahkan tatapan tajam, melihat ke arah Meisya yang sejak kedatangannya terlihat tenang dan masih belum melontarkan sepatah katapun.
"Meisya, kamu telah mengecewakanku. Seharusnya aku tidak terlalu mempercayaimu sejak awal!"
Mendengar hal tersebut membuat Raikhal kesal dan mengerutkan dahi hingga tercetak kerutan dalam.
"Apakah orang-orang ini terlalu menjijikkan? Jangan ditanya tentang hasil dari usaha Meisya, mereka hanya pintar mengolok-olok istriku tanpa pandang bulu siapa Meisya dalam keluarga mereka? Terutama Marven, apa yang b******n kura-kura itu lakukan? Lihat saja kamu Marven, kamu akan segera bersujud di bawah kakiku sebentar lagi!" batin Raikhal yang dibakar amarah melihat tingkah laku keluarga Atmawijaya.
Meisya yang awalnya dalam suasana bahagia, tetapi seketika kata-kata semua orang membuatnya sakit hati dan terluka. Dia sebenarnya marah di dalam hatinya.
"Maaf jika aku mengecewakan semua orang, tapi Tiara Larasati, wakil ketua Royal Citi Group telah bernegosiasi denganku dan menyetujui kerja sama proyek besar ini!"
"Apa? Kamu sudah selesai bernegosiasi dengannya?"
"Tidak mungkin! Bagaimana mungkin itu bisa terjadi! Kamu bahkan tidak mungkin bisa melihat wajah Tiara Larasati seperti apa!"
Semua orang dalam ruangan meeting tersebut dibuat tercengang dengan pernyataan Meisya.
"Meisya, apakah kamu pikir kami akan mempercayaimu?"
Marven kembali sadar, dan segera memukul meja dan berkata dengan lantang. "Direktur Tiara Larasati dari Royal Citi Group adalah seorang pebisnis elit yang terkenal di kota ini. Bagaimana mungkin dia mau bertemu denganmu? Apakah kamu tidak sadar siapa identitasmu?"
Menghadapi keraguan dan tuduhan semua orang, Meisya langsung mengeluarkan kontrak dan menyerahkannya kepada Merry. "Ini adalah kontrak proyek Royal Citi Group, silakan dilihat dulu agar semuanya percaya bahwa ini bukan omong kosong belaka!"
Kontrak itu seperti bom, menyebabkan suasana orang-orang di ruang meeting meledak seketika.
Marven masih tidak percaya, dan berteriak dengan keras untuk menghentikan kebohongan Meisya. "Ini pasti kontrak palsu yang sengaja dia buat! Aku tidak percaya dia bisa menangani Royal Citi Group!"
"Itu benar!" Maydea juga menambahkan bahan bakar kecemburuan mereka saat ini. "Mengapa dia bisa memenangkan kontrak dengan Royal Citi Group? Ini adalah proyek besar 70 miliar! Jika dia bisa, aku pasti sudah menegosiasikannya!"
Dengan tersenyum sinis Meisya menatap sepupunya yang tengah kalang kabut saat ini. "Maydea, kamu salah, kontrak ini bukan 70 miliar, tetapi 150 miliar rupiah!"
“Berhenti!” Maydea tampak panik dengan kata-kata Meisya. “Kontrak 150 miliar? Apa kamu tidak cukup memiliki rasa malu untuk mengatakannya! Apakah kamu benar-benar berpikir kami semua ini bodoh? Kamu mungkin bisa bilang menandatangani 150 miliar, dan aku juga bilang aku bisa menandatangani 250 miliar!”
"Meisya, kamu tega mempermainkan Oma dan orang-orang besar seperti kami seperti orang bodoh!" Marven juga menimpali dengan ekspresi yang mulai menegang.
Marven juga mengatakan sesuatu pada Merry untuk menghasutnya dan menganggap bahwa Meisya telah membodohi semua orang. "Oma, Meisya sudah sangat keterlaluan! Oma tidak bisa membiarkannya begitu saja, dia telah menipu kita semua, Oma!"
Merry menggertakkan giginya dengan diliputi amarah. Dia merasa bahwa 90% dari 70.000.000.000 tidak berguna. Meisya pergi selama setengah jam dan cepat kembali untuk mengatakan pada dirinya bahwa dia telah menandatangani kontrak negosiasi sebesar 150.000.000.000 rupiah.
Bukankah hal ini menganggap Merry begitu bodoh di hadapan banyak orang?
Apakah Merry benar-benar berpikir bahwa dia adalah kepala keluarga yang bijaksana dalam segala hal?
Merry merasa Meisya adalah keturunan yang tidak layak, jika Merry tidak segera mengusir mereka, bagaimana dia akan menjadi kuat dalam keluarga di masa depan?
Merry sangat marah sehingga dia menggebrak meja dan berteriak dengan suara lantang. "Meisya! Segera pergi ke departemen personalia untuk menjalani prosedur pengunduran diri!"
Meisya seketika terkejut bukan main, dia berpikir apakah neneknya itu sudah gila? Baru membuka kontrak dan belum membaca secara keseluruhan, bahkan Merry belum benar-benar membacanya sampai habis.
Kemudian seseorang tiba-tiba berteriak dengan keras. "Persetan dengan semua ini! Akun resmi Royal Citi Group telah merilis pemberitahuan terbaru. Kontrak 150 miliar itu nyata!"