Berlipat Ganda

2438 Kata
Melihat orang tuanya tengah memburu Raikhal dengan beragam pertanyaan diselimuti hinaan yang tak ada hentinya, membuat Meisya menghela napas berat. "Ayah, Ibu, masalah ini tidak ada hubungannya dengan Raikhal, aku melakukannya karena aku tidak ingin mereka meremehkanku lagi, bukan? Apa masalah yang kalian derita selama bertahun-tahun ini tidak cukup?" "Kalau begitu kamu tidak perlu menyetujui tugas yang diberikan oleh Oma Merry, apalagi kalau kamu sampai gagal, itu hanya akan membuat Oma jatuh sakit, semua orang tidak mau merawatnya dan pasti akan menyalahkan kamu, bahkan bisa jadi Oma akan kehilangan nyawanya jika mendapatkan kegagalan yang sama kali ini!" Raikhal melihat pemandangan di depannya dan tersenyum pahit. Ayah mertua dan ibu mertuanya yang sombong tidak percaya atas segala ucapannya dan tidak yakin jika putri mereka akan berhasil mendapatkan kontrak kerja sama dengan Royal Citi Group. Dia adalah bosnya, bukan? Saat itu, mulai terdengar ketukan pintu dari arah luar yang disusul suara tegas dan berwibawa. "Selamat malam." Melissa yang mendengarnya pun segera membukakan pintu. Dia seakan dapat menebak siapa yang datang dan mengetuk pintu. Raikhal memandangnya, dan melihat seorang pria muda dalam setelan Armani berdiri di depan pintu, dia bisa dikatakan tampan dan berbakat, dengan arloji Patek Philippe di tangannya, yang tampaknya bernilai setidaknya 9 sampai 11 miliar rupiah. Melihat kedatangan seseorang yang bagaikan malaikat untuk keluarganya, Melissa pun menyambut hangat pria itu dengan penuh semangat. "Oh, Nak Alden. Ada apa kamu repot-repot datang ke rumah kami yang sederhana ini?" Orang yang datang adalah Alden Hartono, anak dari keluarga Hartono yang selama ini mengejar Meisya untuk menjadi bagian dari keluarganya. Alden tersenyum ramah menerima sambutan dari calon ibu mertuanya. "Tante, aku datang karena telah mendengar kabar bahwa Meisya mengambil alih tugas dari Oma Merry untuk mendapatkan kerja sama dengan Royal Citi Group, jadi aku datang ke sini untuk memberinya sebuah ide." "Oh, kamu benar-benar penyelamat bagi keluarga kami, Nak Alden. Mari silakan masuk!" Melissa sangat bersemangat, memandang Alden seolah-olah dia sedang melihat menantunya, dan buru-buru mempersilahkan masuk. Sambil berjalan dia coba meminta sesuatu pada pria yang datang malam-malam bertamu ke rumahnya. "Oh ya, Nak Alden, bisakah kamu membantu Meisya memenangkan kontrak Royal Citi Group?" Setelah semua duduk di ruang tamu, tentu Alden langsung mengangguk sambil tersenyum, berusaha menutup mata pada Raikhal yang duduk di sampingnya, seolah-olah dia sedang melihat semut di sisi jalan. Kemudian dia langsung menatap ke arah Meisya sambil tersenyum manis. "Meisya, jangan bilang padaku kamu berada dalam masalah besar, kamu tidak perlu khawatir, Royal Citi Group memiliki kerja sama dengan perusahaan Hartono, aku akan meminta ayahku untuk menyapa mereka, dan aku pasti akan melakukan yang terbaik untuk membantu kamu." Faktanya, ayah Alden yang merupakan Tuan Hartono tidak memiliki kemampuan sebanyak itu, Alden hanya mengatakan itu untuk membuat Meisya Adriana terkesan tentang siapa dia dan keluarganya. Meisya tidak pernah lupa bahwa Alden sangat tertarik padanya dari dulu hingga detik ini, lalu dia menolak dengan dingin. "Alden, aku mengerti kebaikanmu, dan aku akan menemukan jalanku sendiri." Melissa tampak kecewa mendengar perkataan putrinya. "Meisya, apakah kamu gila? Tuan Alden datang untuk membantumu dengan berbaik hati, bagaimana kamu bisa berbicara seperti itu dan menolak bantuan darinya?" Meisya tidak menjawab, tetapi Raikhal yang duduk di sebelahnya bertanya kepada Alden dengan penuh keingintahuan. "Tuan Alden, aku ingin tahu bagaimana kamu dapat membantu Meisya? Royal Citi adalah perusahaan yang sangat besar, bukankah tidak seharusnya dikendalikan oleh kamu jika Royal Citi ingin menandatangani kontrak dengan istriku?" Alden menatap ke arah Raikhal dengan jijik. "Apa yang kamu tahu? Keluarga Hartono dan Royal Citi Group selalu menjalin hubungan kerja sama yang baik. Kali ini, keluarga kami bisa mendapatkan setidaknya sepertiga dari proyek besar 5 triliun Royal Citi Group! Ayahku langsung mengalokasikan ratusan miliar dari sepertiga proyek ini untuk mensubkontrakkannya kepada Meisya, bukankah ini akan membantunya menyelesaikan tugas dari Oma Merry?" Raikhal menampilkan ekspresi yang cukup terkejut, lebih tepatnya berpura-pura agar cerita yang dikarang oleh Alden terdengar begitu meyakinkan. "Wow! Aku tidak menyangka bahwa keluarga Hartono memiliki hubungan yang begitu dalam dengan Royal Citi Group!" Alden mendengus dingin. "Tentu saja! Di Indonesia, siapa yang tidak tahu bahwa keluarga Hartono menjalin hubungan bisnis yang erat dengan Royal Citi Group?" Setelah selesai berbicara, Alden menatap Raikhal dan berkata dengan nada menghina. "Raikhal, aku menyarankan kamu untuk meninggalkan Meisya atas inisiatifmu sendiri. Seorang pria seperti kamu tidak akan pernah bisa memberikan kebahagiaan untuknya, itu hanya akan membuatnya semakin hidup menderita bersama kedua orang tuanya!" Mendengar hal tersebut Meisya pun tak tinggal diam dan langsung menanggapi. "Maaf, Tuan muda Hartono, aku tidak butuh bantuan kamu, dan tolong jangan melontarkan kata-kata kasar kepada suamiku!" Alden tercengang dengan apa yang baru saja didengarnya. "Meisya, aku bisa membantumu dalam segala hal, jadi untuk apa kamu masih menunda untuk membuang sampah yang tidak berguna itu? Apa yang dia miliki sampai terus kamu pertahankan?" "Dia tidak seperti yang kamu katakan, dia adalah suamiku!" Dengan raut penuh kemarahan Alden pun segera bangkit dari duduknya. "Oke baiklah, kalau itu katamu. Aku ingin melihat bagaimana kamu bisa menyelesaikan masalah ini! jangan salahkan aku karena tidak memberimu kesempatan yang sudah aku tawarkan, tapi kamu malah menyia-nyiakannya!" Setelah berbicara, Alden segera berbalik dan melangkah keluar, bahkan dengan sengaja dia membanting pintu keras-keras saat menutupnya. Melissa sebenarnya sangat ingin mengejar Alden untuk meluruskan kesalahpahaman yang terjadi, tetapi Alden sudah pergi jauh dari rumahnya. Dia memukul pahanya dengan penuh amarah, lalu mengarahkan jari telunjuknya tepat di depan wajah Raikhal. "Kamu benar-benar semakin membuatku marah! Apa yang bisa dilakukan orang tidak berguna macam kamu selain selain menyeret kakimu sendiri? Alden dengan berbaik hati datang ke sini untuk menawarkan bantuan pada Meisya yang berada dalam kesulitan untuk mendapatkan kerja sama dengan Royal Citi Group, tetapi kamu malah dengan kurang ajarnya membuat dia marah dan pergi!" Raikhal berusaha menanggapi dengan tenang. "Bu, dia hanya berbicara omong kosong. Dia tidak bisa mendapatkan kerja sama dari Royal Citi untuk keluarganya sendiri, jadi bagaimana dia bisa membantu Meisya dalam hal ini." "Kamu benar-benar sialan! Keluarga Hartono bisa mendapatkan sepertiga dari proyek Royal Citi Group, apa kamu tahu tentang hal itu, sialan?!" Raikhal yang paham betul tentang kebohongan Alden di hadapan keluarga Meisya hanya mampu membatin dalam hati. "Aku tidak tahu apa yang mampu dilakukan keluarga Hartono, yang aku tahu bahwa Royal Citi Group milikku tidak akan pernah bekerja sama dengan keluarga Hartono! Bahkan jika Royal Citi memang memiliki banyak kerja sama dengan keluarga Hartono di masa lalu, mulai sekarang, kerja sama itu semua akan dihentikan!" Meisya tidak tahu apa yang dipikirkan Raikhal, dan dia terpaksa menjawab perkataan ibunya saat Raikhal hanya diam dan tak lagi melontarkan kata-kata. "Bu, jangan salahkan Raikhal terus menerus, mari kita bicarakan hal ini ketika aku sudah kembali dari Royal Citi Group besok!" “Tapi, Meisya…." Belum selesai Melissa melontarkan protesnya, tetapi Meisya langsung pergi dari hadapannya serta membawa Raikhal menuju kamar, membuat Melissa menghela napas kesal dan mulai merasa bahwa Tuhan tidak adil, dia menikahi suami yang kini tidak lagi berguna, begitupun dengan Meisya, menikah dengan pria yang lebih tidak berguna dari suaminya. "Apa-apaan ini, Tuhan? Kenapa aku harus mengalami semua ini? Kenapa aku harus memiliki suami yang selalu membuatku kesal setiap hari, dan sekarang aku memiliki menantu yang tidak ada bedanya dengan suamiku! Bahkan Raikhal lebih parah, selain tidak berguna dia juga selalu sok bijak jika hal itu berkaitan dengan Meisya, padahal semua yang dikatakannya itu adalah omong kosong belaka seperti debu yang mengotori seisi rumah!" *** Keesokan harinya, Meisya datang mengunjungi Royal Citi Group bersama Raikhal dengan rencana kerja sama yang telah dia persiapkan semalam. Melihat gedung Royal Citi yang terdiri dari 100 lantai membuat Meisya tidak memiliki petunjuk ke lantai berapa dia harus pergi. Bagaimana tidak mungkin bagi perusahaan sebesar Royal Citi Group memandang rendah keluarga Atmawijaya? Belum lagi keluarganya masih ingin menegosiasikan bagian sebesar 70 miliar dari kerja sama yang masih tampak suram ini. Entah Meisya akan berhasil mendapatkan kontrak itu atau tidak. Dia hanya dapat pasrah dan terus berharap dalam hati. Hari ini Meisya seperti seorang pengemis yang hendak pergi ke rumah orang kaya untuk meminta sumbangan 70 miliar rupiah. Rasanya itu benar-benar seperti omong kosong. Namun, karena dia telah berjanji pada Merry dengan penuh keyakinan bahwa dirinya mampu mengambil alih tugas ini dan disaksikan oleh seluruh keluarganya, membuat Meisya harus tetap melanjutkan langkahnya. Melihat sang istri yang sangat gelisah, Raikhal coba merapikan rambut Meisya yang tampak sedikit berantakan karena tertiup angin. "Jangan khawatir, Meisya, kamu pasti bisa menghadapi ini semua, kamu pasti akan berhasil." "Aku pun sangat mengharapkan hal yang sama, seperti yang kamu katakan. Please, tunggu aku di sini ya, dan jangan pergi ke mana-mana sampai aku kembali." "Aku akan menunggumu di sini. Sekarang masuklah dan lakukan apa yang harus kamu lakukan, istriku!" "Walau aku sangat gugup dan hampir tak berdaya, tapi aku akan tetap masuk ke dalam. Doakan aku ya, Raikhal. Semoga aku berhasil mendapatkan kontrak kerja sama dengan Royal Citi Group." "Kamu pasti akan dengan sangat mudah mendapatkannya. Yakinlah!" Setelah selesai mengatakan semua itu, Meisya pun menarik napas dalam-dalam dan mengumpulkan keberanian untuk melangkah masuk ke dalam gedung Royal Citi Group. Raikhal tersenyum tenang sambil memperhatikan Meisya dari belakang yang perlahan-lahan mulai menghilang dalam pandangannya. Lalu Raikhal mengeluarkan ponselnya dan menghubungi wakil ketua. "Tiara, istriku sudah naik, dan kamu tahu harus bagaimana melakukan sisanya!" Tiara pun mengangguk patuh karena dia paham apa yang harus dilakukan untuk menuruti segala perintah bosnya. "Jangan khawatir, Tuan muda, saya pasti akan menyenangkan hati nona muda saat tiba di ruangan saya nanti." "Oh ya, semalam saya mendengar bahwa Royal Citi Group memiliki kerja sama yang begitu erat dengan keluarga Hartono, apa itu benar?" tanya Raikhal saat teringat dengan rasa penasarannya semalam. "Di masa lalu, mereka memiliki kerja sama yang memang cukup baik dengan Royal Citi. Kali ini, mereka juga ingin bekerja sama secara mendalam dengan proyek baru Anda. Mereka mengirimkan materi untuk aplikasi kerja sama kepada saya, tetapi sekarang itu tergantung pada apa yang Anda putuskan, Tuan." "Saya tidak ingin melihat keluarga Hartono berpartisipasi dalam proyek baru ini, dan saya tidak akan bekerja sama dengan mereka di masa depan!" jawab Raikhal yang suaranya terdengar begitu dingin setiap kali membahas soal orang-orang yang selalu merendahkannya selama ini. "Jangan khawatir, Tuan, saya akan melakukan semua perintah dari Anda dengan baik!" Tiara dengan cepat menjawab dan coba menenangkan amarah Raikhal yang mungkin tengah membuncah saat ini. Di sisi lain, Meisya tengah berjalan menuju ruangan wakil ketua Royal Citi Group dan menunggu dipersilahkan masuk di meja depan tempat pembuatan janji, dia bahkan tidak tahu apakah Tiara Larasati yang merupakan wakil ketua di Royal Citi bersedia bertemu dengannya atau tidak. Setelah menunggu beberapa saat, seorang sekretaris wanita yang tampak anggun datang menghampiri. "Apakah Anda, Nona Meisya Atmawijaya? Wakil ketua sedang menunggu Anda di ruangannya, silakan ikut dengan saya." Meisya mengangguk, dia masih mengantri untuk membuat janji, tapi mengapa sekretaris itu memanggil dirinya sendiri secara langsung? Mungkinkah Tiara tahu bahwa dia akan datang? Tapi itu tidak masuk akal bagi Meisya, bagaimana mungkin orang yang seterkenal Tiara Larasati tahu tentang dirinya? Meskipun Meisya tidak mengetahui alasan mengapa dia dipersilahkan masuk tanpa harus membuat janji, Meisya sadar bahwa kesempatan itu langka, dan buru-buru mengikuti sekretaris itu yang akan mengantarkannya langsung ke ruangan Tiara. Melihat Meisya telah tiba di ruangannya, Tiara bergegas bangkit dari kursi dan menyapanya dengan hormat. "Halo, Nona Meisya Atmawijaya, saya Tiara Larasati, wakil ketua Royal Citi Group." Meisya sedikit gugup di hadapan wanita hebat dan wanita terkenal di dunia bisnis seperti Tiara. Dia pun memberi salam kenal dengan penuh rasa hormat. "Halo, Direktur Tiara, saya di sini untuk berbicara dengan Anda tentang proyek hotel bintang enam. Meskipun perusahaan Atmawijaya kami tidak terlalu kuat secara keseluruhan, tetapi kami benar-benar bekerja keras dalam bisnis dekorasi, dan kami memiliki reputasi yang sangat baik!" Selesai menjelaskan maksud dan tujuannya, dengan tangan gemetar Meisya menyerahkan sebuah dokumen pada Tiara. "Direktur Tiara, ini adalah dokumen pengantar dan kualifikasi yang relevan dari Atmawijaya Group, silakan Anda boleh membacanya lebih dulu agar yakin dengan kemampuan perusahaan kami." Tiara tersenyum sembari melihat-lihat sekilas dokumen itu, dan kemudian langsung mengangguk penuh keyakinan. "Nona Meisya Atmawijaya, saya telah membaca informasi tentang Anda, dan saya pikir Atmawijaya Group dan Royal Citi dapat bekerja sama." "Direktur Tiara, apakah yang kamu katakan itu benar?” tanya Meisya yang tidak percaya dengan wajah tercengang. "Setuju secepat itu? Bagaimana bisa begitu sederhana?" batin Meisya yang merasa bahwa semua ini tidaklah nyata. "Tentu saja itu benar. Meskipun kondisi keluarga Atmawijaya sendiri tidak memenuhi standar kerja sama Royal Citi Group, tetapi ketua kami sangat optimis tentang Nona Meisya dan bersedia bekerja sama dengan Anda." “Ketua?” Meisya berseru dan langsung bertanya, “siapa ketua dari Royal Citi Group?” "Ketua kami adalah Tuan muda dari keluarga Salim." Tiara menjawab sambil terus tersenyum. "Tuan muda Salim?" Meisya mengerutkan dahi, dia terlihat bingung. "Sepertinya saya tidak mengenal siapa pun dengan nama keluarga Salim, kecuali suamiku." Tiara mengangguk ringan, Raikhal telah memintanya untuk tidak mengungkapkan informasi dan identitasnya pada siapapun, termasuk pada istrinya sendiri, jadi dia hanya bisa mengungkapkan sedikit hal dan tidak bisa begitu banyak. Meisya benar-benar tidak tahu orang lain yang bermarga Salim, kecuali Raikhal Salim, tapi dia tidak pernah berpikir bahwa suaminya yang yatim piatu dan selalu dianggap tidak berguna oleh keluarganya adalah keturunan keluarga Salim yang dimaksud oleh Tiara. "Nona Meisya, saya melihat bahwa bagian dari negosiasi untuk bekerja sama dalam informasi Anda adalah 70 miliar. Benar begitu?" Meisya pun mengangguk dengan tergesa-gesa, dan bertanya dengan ragu-ragu. "Apakah itu terlalu banyak?" Tiara menggelengkan kepala. "Tidak banyak, tetapi lebih sedikit." Raut wajah Meisya tampak lebih bingung dari sebelumnya, dan buru-buru melontarkan pertanyaan tentang maksud dari perkataan Tiara. "Apa maksudmu, Direktur Tiara?" "Ketua kami mengatakan kepada saya untuk meningkatkan negosiasi bagian kerja sama menjadi 150 miliar rupiah!" jawab Tiara tanpa kesulitan sedikitpun. Sambil berbicara, Tiara mengeluarkan kontrak dan menyerahkannya kepada Meisya yang masih tampak syok. "Lihat, kontrak yang telah dibuat sebelumnya, dan totalnya adalah 150 miliar. Jika Anda tidak keberatan, kita bisa menandatanganinya sekarang." "Hah? Ini?" Meisya benar-benar tercengang. Dia seperti tengah mengalami mimpi indah saat terlelap dalam tidur. Dia tidak pernah berpikir bahwa Royal Citi Group, yang bahkan tidak dapat dijangkau oleh keluarga Atmawijaya selama ini, akan mengambil inisiatif menyiapkan kontrak untuk dirinya sendiri. Selain itu, jumlah kontrak berlipat ganda! Jika target Merry adalah 70 miliar, tetapi kontrak sebenarnya mengatakan 150 miliar rupiah. Dia tiba-tiba berpikir bahwa selama pertemuan tadi malam, suaminya, Raikhal memiliki pandangan tegas dan membiarkannya mengambil alih tugas ini. "Kenapa Raikhal bisa begitu percaya diri? Dan aku ingat ketika dia berada di gerbang Royal Citi Group tadi, dia sangat yakin pada saat itu, dan tampak percaya diri. Apakah dia sudah tahu hasilnya? Kalau benar seperti itu, siapa Raikhal yang sebenarnya? Apa dia menutupi sesuatu dariku yang tidak aku ketahui?" batin Meisya yang tenggelam dalam tanda tanya besar tentang siapa sesungguhnya sosok Raikhal yang telah menikah dengannya selama 3 tahun terakhir ini.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN