Cemoohan

2303 Kata
Mendengar bahwa Royal Citi Group berpindah tangan, keluarga Atmawijaya begitu ingin tahu mengapa Pangestu Group harus lengser dari kedudukannya. Bahkan dua berita yang tersiar benar-benar membuat heboh dalam dunia bisnis. "Tampaknya pemilik baru Royal Citi Group masih memandang rendah keluarga besar seperti keluarga Pangestu. Namun, siapa Tuan Muda Salim? Apakah orang ini terlalu hebat? Royal Citi dengan nilai pasar ratusan triliun sanggup dibelinya secepat kilat, dan orang terkaya di Indonesia tidak sebesar dia!" Untuk sementara waktu, keluarga yang tak terhitung jumlahnya sangat ingin bergaul, di satu sisi, mereka merindukan hubungan dengan Tuan Muda Salim yang misterius ini, dan di sisi lain, mereka juga menginginkan putri mereka untuk menikahi Tuan muda Salim. Selain itu, Royal Citi Group akan berinvestasi dalam proyek hotel senilai 5 triliun rupiah yang juga membuat seluruh industri konstruksi dan dekorasi di Jakarta gemetar. Lima triliun! Hanya mendapatkan sedikit kepercayaan dan kamu dapat menghasilkan banyak uang! Perusahaan yang tak terhitung jumlahnya sangat menginginkan untuk mendapatkan sebuah kontrak dari Royal Citi Group. Itu pikiran semua orang termasuk wanita tua, Merry, yang kecanduan uang. Nyonya besar Merry sangat senang saat ini, proyek besar senilai 5 triliun, ini adalah kesempatan yang sangat baik untuk perusahaannya bangkit. Jika keluarga Atmawijaya bisa mendapatkan kontrak dari Royal Citi Group, itu akan menjadi kenaikan yang sungguh luar biasa. Merry pun segera menyebar kabar untuk mengadakan pertemuan keluarga di vila malam ini dan membahas bagaimana membuat terobosan dalam proyek baru Royal Citi Group, dan semua orang harus hadir. *** Malam itu, di vila keluarga Atmawijaya. Setelah wanita tua itu meminta semua orang untuk hadir, Raikhal juga terlihat mengikuti pertemuan keluarga besar tersebut. Raikhal tahu bahwa Merry akan membuat acara keluarga pertemuan untuk membahas bagaimana mendapatkan bagian dari proyek besar Royal Citi Group, karena itu, dia ingin mengambil kesempatan ini untuk membantu istrinya, Meisya, agar kembali dihargai setelah berulangkali diintimidasi di hadapan banyak keluarga sejak menjadi istrinya. Ketika dia tiba di vila, saudara laki-laki Maydea yang tak lain adalah Marven langsung mencibir ketika dia melihatnya. "b******k, ternyata kamu memiliki muka yang begitu tebal, dan kamu memiliki nyali untuk datang menemui Oma lagi!" Meisya yang mendengar perkataan Marven langsung membantahnya. "Jangan bicara omong kosong, Oma yang meminta semua orang di keluarga Atmawijaya untuk hadir di sini. Raikhal adalah suamiku, dan tentu saja dia juga bagian dari anggota keluarga Atmawijaya!" Marven malah terkekeh. "Dia hanya seorang menantu yang tidak diinginkan di keluarga Atmawijaya!" Raikhal pun dengan cepat menyentuh lembut bahu istrinya agar tidak terbakar api amarah atas apa yang Marven katakan. "Lupakan istriku, jangan memiliki pengetahuan yang sama dengannya, cepatlah masuk dan temui Oma yang mungkin sudah menunggumu." Meisya menurut dan segera mengangguk, tanpa menunjukkan rasa hormat pada Marven dia berjalan masuk bersama Raikhal. Melihat hal itu membuat wajah Marven menjadi dingin, dan tidak akan membiarkan mereka terlihat baik di masa depan. Setelah memasuki ruang konferensi, Raikhal dan Meisya menemukan dua kursi yang kosong di ujung meja dan mereka memilih duduk di sana. Tak lama kemudian Merry masuk ke dalam ruangan dan pertemuan keluarga secara resmi dimulai. Wanita tua itu duduk di kursi utama, mengetuk meja, dan berkata dengan semangat yang membumbung tinggi. "Keluarga Atmawijaya telah menunggu kesempatan selama beberapa tahun terakhir, kesempatan untuk membuat kita bergabung dengan jajaran raksasa di negeri ini! Sekarang, kesempatan ini akhirnya datang! Kali ini, Royal Citi Group telah meluncurkan proyek besar, 5 triliun rupiah. Siapa pun yang bisa mendapatkan kontrak kerja sama darinya pasti akan mendapat banyak manfaat! Dan ini adalah proyek besar pertama Royal Citi Group setelah perubahan kepemilikan. Ini adalah kesempatan besar bagi keluarga Atmawijaya kami! Jika kita dapat bekerja sama dengan dia dan meninggalkan kesan yang baik pada sang pemilik baru, maka masa depan keluarga Atmawijaya tidak akan terbatas!" Meskipun wanita tua itu bersemangat, akan tetapi orang-orang di hadapannya tampak tidak tergerak setelah mendengar apa yang disampaikan oleh Merry. Faktanya, belum satu atau dua hari bagi keluarga Atmawijaya untuk bekerja sama dengan Royal Citi Group. Untuk waktu yang lama, perusahaan raksasa itu telah mengabaikan Atmawijaya Group mentah-mentah. Sedangkan Merry sangat ingin mengambil bagian dari yang baru. proyek Royal Citi Group, bagaimana mungkin? Melihat semua orang yang hadir terdiam, membuat Merry mulai melontarkan pertanyaan dengan ketus. "Apa? Kalian semua bodoh? Apakah kalian tidak memiliki kepercayaan diri untuk mendapatkan hasil dari proyek 5 triliun ini?" Semua orang hanya saling menatap satu sama lain, dan tidak ada yang berani berbicara. Wanita tua itu tampak lebih marah dari sebelumnya, bahkan rahang wajahnya mulai mengeras. "Aku akan menyampaikan kata-kataku di sini dan hari ini, siapa pun yang dapat menegosiasikan bagian kerja sama dari Royal Citi Group, maka dia berhak menjadi direktur utama Atmawijaya Group!" Begitu kata-kata ini keluar, semua orang yang duduk mulai tercengang. Merry memang selalu bertindak sewenang-wenang, jadi dia tidak pernah mengatur posisi direktur dalam perusahaan. Bagaimanapun, direktur memiliki kekuatan besar, dan calon penerus perusahaan masa depan memenuhi syarat untuk memegang posisi tersebut. Merry sekarang sengaja menggunakan posisi itu sebagai hadiah. Dia harus terus berharap bahwa akan ada seseorang yang pemberani untuk mendapatkan hadiah. Dapat dilihat bahwa dia sangat bersemangat untuk proyek Royal Citi Group. Namun, meski posisi direktur bagus, tidak mudah untuk mendapatkannya. Di mata keluarga Atmawijaya saat ini, jika kalian dapat mencapai kerja sama dengan Royal Citi, kalian harus mendapatkan kontrak besar! Jangan bercanda, bahkan jika Nyonya Merry maju secara langsung, para eksekutif Royal Citi Group tidak akan melihatnya, apalagi berbicara tentang kerja sama. Di aula pertemuan keluarga tercipta keheningan. Mendapati hal tersebut lagi-lagi menyulut amarah Merry. "Sebagai keturunan Atmawijaya, tidakkah ada orang yang mau berbagi keberanian mereka untuk keluarga ini?" Setelah itu Merry langsung mengalihkan tatapannya ke arah salah satu cucunya. "Marven, biarkan kamu yang melakukan ini!" Marven terkekeh sembari mengusap dahi, lalu dia menjawab dengan lantang. "Oma, bahkan keluarga Pangestu telah dibersihkan oleh Royal Citi Group. Kekuatan kami sedikit lebih buruk daripada keluarga Pangestu. Bagaimana kami bisa memenangkan kontrak Royal Citi?" "Bodoh! Kamu bahkan sudah menolak sebelum mencobanya, kamu lebih rendah daripada sampah itu, Raikhal!" Sebenarnya, Merry tidak memiliki petunjuk di hatinya tentang siapa yang lebih pantas untuk maju demi mendapatkan kontrak dari Royal Citi Group, tetapi dia tidak ingin menjadi pemimpin perusahaan kelas dua dan tiga selamanya. Dan proyek Royal Citi Group ini adalah satu-satunya kesempatan, karena itu dia tidak peduli betapa sulitnya itu, dia enggan untuk menyerah. Merry berpikir bahwa Marven sebagai cucu laki-laki tertua dapat dengan senang hati mengambil alih tugas ini, tetapi Marven tidak berharap sama sekali dan menolak kepercayaan Merry yang diberikan padanya saat ini. Marven juga sangat tertekan, siapa yang mau mengambil tugas yang mustahil? Dia takut dia akan ditendang keluar bahkan sebelum dia memasuki gerbang Royal Citi Group. Jika itu terjadi mungkin dia akan mendapatkan hal-hal yang tidak diharapkannya untuk terjadi, bahkan dia juga akan diejek dan direndahkan, jadi Marven memutuskan untuk mundur dan tidak menyetujui permintaan sang nenek. Setelah Merry selesai memarahi Marven, dia kembali berteriak dan bertanya pada semua orang. "Di mana yang lain? Tidakkah ada yang berani mengambil tugas ini?" Pada saat itu Raikhal perlahan-lahan menyentuh Meisya dengan sikunya, dan berbisik dengan suara pelan. "Istriku, ambil alih tugas ini!" Meisya menjawab sambil mengerucut. "Gila! Tidak mungkin Royal Citi Group mau bekerja sama dengan perusahaan kecil seperti keluarga Atmawijaya!" Raikhal tersenyum tipis, dan kembali berkata dengan penuh percaya diri. "Jangan khawatir, kamu pasti akan dapat menegosiasikan kerja sama ini!" "Benarkah?" tanya Meisya yang sebenarnya tidak yakin. "Tentu saja! Aku pikir kamu tidak punya masalah sama sekali! Manfaatkan kesempatan ini, dan status kamu di keluarga Atmawijaya akan meroket di masa depan!" jawab Raikhal dengan tegas dan penuh keyakinan. Meisya tidak tahu mengapa, tetapi pada saat ini dia mempercayai kata-kata Raikhal walau sempat membuatnya bimbang. "Oma, aku bersedia mencobanya." Meisya pun berdiri tanpa sadar dan berkata pada kepala keluarga Atmawijaya bahwa dirinya siap untuk mengambil tugas ini. Pernyataan Meisya Adriana membuat seluruh keluarga Atmawijaya di ruangan itu tercengang bukan main. Semua orang berpikir bahwa Meisya sudah gila, dan tidak lagi waras. Mereka berpikir mungkin dia meluangkan waktu untuk menjadi pusat perhatian. Pada saat ini di pusat perhatian, selain rasa malu dan dicemooh, apa lagi yang bisa menjadi hasilnya? Royal Citi Group adalah perusahaan terbesar di Indonesia, bagaimana orang tidak bisa memandang rendah keluarga Atmawijaya? Siapa pun yang berbicara, hasilnya tidak mungkin berhasil! Marven tidak bisa menahan diri untuk tidak mencibir keputusan sepupunya. "Meisya, apakah kamu pikir kamu bisa mendapatkan kontrak dari Royal Citi Group?" Begitupun dengan Maydea yang sudah tidak tahan untuk tidak mencibir. "Meisya, ingat siapa identitas kamu? Lalu ingat-ingat lagi dengan teliti siapa Royal Citi Group! Kamu memutuskan begitu gegabah, jangan mempermalukan keluarga besar kami karena dirimu!" "Jika Meisya dikeluarkan oleh Royal Citi Group, keluarga besar kita pasti akan menjadi bahan cemooh di Jakarta!" Meisya yang mendengar hal itu membuat pipinya memerah menahan rasa malu karena semua cemoohan yang didapat. Sejak menikahi Raikhal, statusnya dalam keluarga telah anjlok, dan dia menjadi semakin tidak dihargai, hampir diusir, dan bahkan orang tuanya telah direndahkan. Meisya merasa yakin jika dia bisa mendiskusikan proyek ini dengan Royal Citi Group, maka posisinya dalam keluarga pasti akan dikonsolidasikan, dan yang terpenting untuknya adalah ayah dan ibunya bisa kembali berdiri tegak sebagai seorang manusia. Tetapi pada saat ini, karena diejek oleh begitu banyak orang, dia tidak bisa menahan diri untuk tidak mundur. Dia menatap Raikhal dengan frustasi, entah mengapa dia mendengarkan perkataan suaminya untuk maju. Merry mendengar apa yang dikatakan semua orang pada Meisya menjadi sangat marah. "Aku bertanya pada mereka beberapa kali, tetapi tidak ada yang berani mengambil tugas ini, sekarang Meisya berani mengambil inisiatif untuk berdiri, dan orang-orang malah mengintimidasinya!" batin Merry yang begitu kesal bukan main. Meskipun Merry selalu tidak menyukai Meisya, tetapi saat ini dia merasa bahwa setidaknya Meisya bersedia berbagi kekhawatirannya, tidak seperti anggota keluarga lain yang hanya tahu cara menolak penawaran darinya karena rasa tidak percaya diri. Terutama Marven, cucu laki-laki kesayangan Merry yang telah sangat mengecewakannya. Sebab hal itulah sikap Merry terhadap Meisya sedikit demi sedikit mulai berubah. "Jika yang lain tidak berani mengajukan diri, jangan bicara omong kosong! Kerjasama proyek ini dengan Royal Citi Group akan diserahkan kepada Meisya Adriana untuk dibahas!" Meisya yang tadi sempat menggigit bibir kuat-kuat, kini mulai melepaskannya. "Jangan khawatir, Oma, aku pasti akan melakukan yang terbaik." Tak henti-hentinya Marven berusaha mencibir Meisya, dia tidak merasa senang dengan keputusan sepupunya itu. "Apa gunanya keluar semua? Tidakkah memalukan bagi keluarga jika gagal pada akhirnya!" Raikhal segera membalas cibiran itu untuk melindungi istrinya. "Marven, kenapa pikiranmu sudah sangat buruk di awal? Apakah menurutmu keluarga Atmawijaya tidak pantas dan tidak memenuhi syarat untuk bekerja sama dengan Royal Citi Group?" Marven tidak menyangka bahwa Raikhal akan berani berbicara di pertemuan keluarga, dan secara tidak langsung dia memuji dirinya sendiri atas apa yang diucapkannya pada Marven. Melihat ekspresi Merry yang mulai masam, Marven pun segera menjelaskan maksudnya. "Aku tidak bermaksud begitu, aku hanya berpikir tidak mungkin bagi Meisya untuk membahas kerja sama ini!" Raikhal tersenyum tipis mendengarnya. "Bagaimana jika Meisya bisa berbicara dengan baik tentang kerja sama ini? Haruskah kita bertaruh?" "Ayo, kita bertaruh saja! Kamu pikir aku akan takut padamu? Katakan padaku, apa yang harus dipertaruhkan?" tantang Marven tanpa rasa takut sedikitpun. "Jika Meisya berhasil menegosiasikan kontrak, kamu harus berlutut dan bersujud padaku sebanyak tiga kali di depan seluruh keluarga dan mengatakan dengan keras bahwa kamu salah telah berpikir jika Meisya tidak dapat bernegosiasi, aku akan memberimu tiga hormat dan dengan keras mengatakan itu. Aku salah. Salah, bagaimana menurutmu?" “Hahahaha!” Marven tertawa terbahak-bahak. “Kamu benar-benar cari mati, b******n! Oke, aku berani bertaruh denganmu!” Raikhal pun mulai mengangguk puas, dan mengangkat sebelah alis naik tinggi-tinggi. "Seluruh keluarga ada di sini untuk menyaksikan, siapa pun yang melanggar akan mati karena ayah, ibu, kakek, dan neneknya!" Raikhal sengaja mengucapkan kata-kata "nenek mati" dengan sangat serius, karena dia takut Marven akan menyesalinya ketika dia kalah. Begitu kata-kata ini keluar, Marven tidak pernah berani mengulanginya, karena jika itu terjadi, bukankah dia sama saja seperti mengutuk neneknya sendiri, Nyonya Merry Atmawijaya untuk mati? “Oke!” Marven tidak tahu bahwa Raikhal telah menggali lubang untuk dirinya sendiri, tetapi merasa bahwa dia tidak bisa kalah sama sekali. Dan dengan angkuhnya dia berkata di hadapan semua orang. "Saksi seluruh keluarga, aku menunggu kamu untuk bersujud di bawah kakiku saat Meisya gagal dalam tugas ini!" Meisya terkejut dan terus mengedipkan mata pada Raikhal, namun pria itu malah mengabaikannya. Sementara Merry tidak ambil pusing perjudian semacam ini. Satu-satunya kekhawatirannya adalah apakah dia bisa masuk ke daftar kerjasama Royal Citi Group kali ini. Jika dia bisa masuk, dia sama sekali tidak peduli jika Marven harus berlutut pada Raikhal. Kemudian Merry kembali melanjutkan perkataannya untuk mengakhiri pertemuan keluarga hari ini. "Itulah akhir pertemuan hari ini. Meisya, kamu punya tiga hari untuk memenangkan kontrak dan mengakhiri pertemuan!" *** Sesampainya di rumah, Melissa dan Arnold yang merupakan orang tua Meisya langsung menyerang Raikhal dan Meisya. "Meisya, apa kamu sudah gila? Bagaimana kamu bisa mendengarkan kata-kata Raikhal, sia-sia tahu, dan malah menyetujui tugas ini dengan cara yang membebankan keluarga besar!" "Raikhal, kamu itu benar-benar pembawa sial ya, kamu telah mempengaruhi putriku untuk menanggung malu yang sangat besar! Jika Meisya tidak berhasil berbicara tentang kerja sama dengan Royal Citi Group, kami semua pasti akan dikeluarkan dari keluarga Atmawijaya. Kamu benar-benar sangat kurang ajar, Raikhal. Kamu juga akan diminta berlutut dan bersujud kepada Marven di depan seluruh keluarga. Kamu membuatku semakin malu dan jatuh hingga menjadi serendah-rendahnya. Kamu telah membuat putriku tersesat, b******n!" Raikhal menanggapi sang mertua dengan tenang walau dia dihina begitu rendahnya. "Ayah, Ibu, selama Meisya dapat menegosiasikan kontrak ini, bukankah semuanya akan terpecahkan?" "Bicara apa ini, bicara omong kosong!" "Apakah kamu tahu seberapa kuat Royal Citi Group? Bagaimana mungkin mereka menyukai Atmawijaya Gruop!" tanya Arnold yang tidak habis pikir dengan omong kosong menantunya. Raikhal tersenyum dengan penuh keyakinan. "Mungkin mereka akan mulai menyukainya. Saya pikir Meisya akan baik-baik saja, dan dia pasti akan dapat memenangkan kontrak." "Bagaimana menurutmu? Kamu pikir kamu adalah bos Royal Citi? Kamu itu hanya manusia tidak berguna, dan kamu masih di sini untuk berbicara semua omong kosong ini!"
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN