Low Profile

2453 Kata
Sesampainya di panti asuhan, Raikhal segera menemui Bi Nanda untuk menanyakan berapa banyak hutang panti asuhan pada pihak bank, dan Raikhal cukup terkejut saat mengetahui jika hutangnya cukup banyak, yakni 3 miliar. Wakil ketua panti sebelumnya menggadaikan sertifikat tanah milik panti asuhan karena butuh uang untuk biaya pengobatan orang tuanya, selama beberapa tahun terakhir dia membayarnya setiap bulan dengan lancar, sampai akhirnya wakil ketua mengundurkan diri 6 bulan yang lalu dan pergi meninggalkan hutangnya hingga bangunan panti asuhan terancam akan disita karena kesalahannya. "Raikhal, Bibi tidak punya harapan lagi untuk mempertahankan bangunan ini. Mungkin besok pihak bank akan menyita tempat ini." "Tapi bagaimana dengan anak-anak dan pengurus panti yang lainnya, Bi? Mereka akan tinggal di mana jika panti disita? Di mana mereka akan berteduh. Ya Tuhan, andai saja aku punya uang, aku pasti akan menyelesaikan masalah ini daripada anak-anak terlantar." Raikhal menghela napas frustasi, pikirannya benar-benar kacau saat ini. Dia tidak tega jika panti tempat dia tinggal selama bertahun-tahun akan disita. "Jangan jadikan masalah ini sebagai beban pikiranmu, Raikhal. Jika ini adalah jalannya, kita semua hanya bisa pasrah." "Tidak Bi, aku akan berusaha mencari uang untuk mempertahankan panti asuhan ini. Aku akan segera kembali." "Kamu akan mencari uang ke mana malam-malam begini? Uang 3 miliar sulit didapatkan dalam semalam, Nak. Pulanglah dan istirahat, jangan pikirkan kami yang ada di sini." Wanita berusia 47 tahun itu menyentuh bahu Raikhal dengan lembut dan melarang pria itu untuk melakukan sesuatu hal yang berbahaya demi menyelamatkan masa depan panti asuhan tersebut. "Bibi tenang saja, aku akan berusaha semampuku untuk panti asuhan ini. Sekarang aku pamit ya, Bi. Tidurlah malam ini dengan tenang bersama yang lainnya, aku akan segera kembali untuk menyelesaikan masalah ini!" tekad Raikhal yang sudah bulat dengan keputusannya, dia akan melakukan apa pun untuk bisa mendapatkan uang 3 miliar malam ini. "Mungkin aku bisa pinjam uang Meisya dan ibu mertuaku. Aku juga bisa mendatangi teman-temanku yang lainnya untuk minta bantuan, setidaknya aku berusaha. Ya, aku harus mendapatkan uang itu secepatnya!" gumam Raikhal dalam hati sambil melangkah pergi keluar dari panti asuhan. Di parkiran panti, ketika Raikhal hendak melangkah menuju mobil listriknya yang terparkir, tiba-tiba langkahnya dihadang oleh seorang pria berusia 45 tahun yang mengenakan setelan serba hitam dan berambut cokelat berdiri lima langkah di depannya. Keduanya pun saling memandang, hingga akhirnya pria itu membungkuk di hadapannya penuh rasa hormat. "Tuan muda, Anda telah menderita selama bertahun-tahun!" Raikhal mengerutkan kening melihat sosok pria yang tiba-tiba menghalanginya. Sekelebat bayangan seorang pria tua yang membuat kenangan kelam semasa kecilnya kembali terbesit dalam pikirannya. Membuat Raikhal seketika menampilkan raut wajahnya yang dingin. "Apakah kamu Zaky?" tanya Raikhal untuk memastikan jika ingatan akan masa kecilnya tidak benar-benar lumpuh. "Jadi Tuan muda masih ingat dengan saya?" Raikhal terdiam sejenak. Menatap intens wajah Zaky yang kini ada di hadapannya. "Tentu saja saya ingat! Saya ingat tentang kalian semua. Saat itu, kamu 'kan yang memaksa orang tua saya untuk membawa saya pergi dari Jakarta. Bahkan orang tua saya meninggal saat di perjalanan itu. Setelah itu, saya menjadi yatim piatu, sekarang apa lagi yang kamu inginkan dari saya?" tanya Raikhal dengan suaranya yang bergetar saat ingatannya kembali pada masa-masa paling menyedihkan dalam hidupnya. "Tuan muda, ketika ayahmu meninggal, Tuan Rudi juga sangat bersedih dan merasa kehilangan. Dia bahkan telah mencari Tuan muda selama bertahun-tahun, tapi sekarang saya sudah menemukan Anda. Anda bisa kembali bersama saya untuk pergi menemuinya." "Pergi! Saya tidak akan pernah mau bertemu dan melihatnya lagi!" ucap Raikhal dengan tegas. "Tuan, apakah Anda masih menyalahkan Tuan Rudi atas kecelakaan itu?" "Tentu saja, saya tidak akan pernah memaafkannya seumur hidupku!" kecam Raikhal lalu kembali melangkahkan kakinya yang sempat terhenti. Zaky pun mengikuti Raikhal ke mana pun dia melangkah pergi, sambil menghela napas berat mendengar kemarahan Raikhal. "Sebelum saya datang menemui Anda, Tuan Rudi memang sempat berkata bahwa Anda mungkin tidak bisa memaafkannya." "Baguslah, itu berarti dia tahu akan kesalahannya!" "Tuan Rudi tahu bahwa Anda telah menderita selama bertahun-tahun. Jadi biarkan dia memberikan Anda sedikit kompensasi. Kalau Anda memang tidak ingin kembali, saya akan membeli perusahaan terbesar di kota Jakarta dan memberikannya kepada Anda. Selain itu, saya akan memberimu kartu ini. Kata sandinya adalah tanggal ulang tahun Anda." Setelah mengatakan itu, Zaky pun terlihat menyodorkan sebuah kartu berwarna hitam. Platinum debit dari Bank BCA. "Tuan, ambilah kartu ini!" "Tidak, saya tidak menginginkannya," jawab Raikhal menolak dengan tegas. "Tapi sekarang Anda tidak punya pilihan selain menerimanya. Bagaimana bisa Anda menyelamatkan masa depan pasti asuhan tempat Anda dibesarkan jika tidak punya uang?" Raikhal yang kesal langsung mencengkram kerah kemeja Zaky hingga tubuh pria itu sedikit terangkat. "Apa kamu sengaja memanfaatkan situasi ini?" Rahang wajah Raikhal tampak mengeras. Ada kemarahan yang tak sanggup dilampiaskannya saat ini. Terlebih jika dia mengingat kejadian masa lalu. "Maaf jika saya lancang, Tuan. Saya hanya menjalankan perintah untuk memberikan kartu ini kepada Anda." Dengan napas tercekat, Zaky memberikan kartu tersebut pada Raikhal. "Apa Anda bisa melepaskan saya, Tuan muda? Sepertinya saya butuh bernapas saat ini." Raikhal menatap Zaky dengan sorot mata yang tajam. "Jika kamu terus memaksa, sebaiknya saya patahkan saja kartu ini!" ancam Raikhal sesaat setelah melepaskan Zaky. "Apa Anda yakin, Tuan? Di kartu itu terdapat 25 triliun." Zaky mulai dapat bernapas lega. Sementara wajah Raikhal kini menampilkan keterkejutan sambil kembali menatap kartu yang kini digenggamnya. "Jangan coba-coba kamu membohongiku!" kecam Raikhal yang tidak dapat begitu saja percaya atas ucapan Zaky. Baginya terdengar aneh seseorang memberikan uang dengan jumlah sebanyak itu padanya. "Saya tidak berani berbohong, Tuan." Zaky menjawab dengan santai. Sejenak Raikhal berpikir. Mengingat kembali asal usul kakeknya yang memang termasuk dalam 10 jajaran orang terkaya di negara ini. Namun pada saat itu, Raikhal muda tak begitu mengerti tentang arti kekayaan dan juga pentingnya harta dalam hidup. "Apa 25 triliun ini untukku semua?" Raikhal mulai berpikir menerima kartu itu. Akan tetapi, mendadak ingatannya kembali tertarik ke belakang. Waktu di mana orang tuanya tiada dan orang yang patut dipersalahkan menurutnya adalah sang kakek. Zaky yang melihat Raikhal masih menimang-nimang keputusannya pun mulai menyampaikan sesuatu untuk menyadarkan Raikhal tentang jati dirinya. "Tuan muda, Anda adalah bagian dari keluarga Salim. Jadi Anda pantas mendapatkan uang ini. Tuan Rudi juga berkata jika Anda mau kembali, Anda akan mewarisi seluruh harta milik keluarga Salim." Zaky masih menatap Raikhal yang hanya diam dengan segala pikiran di kepalanya. "Oh ya, satu lagi Tuan. Ini soal Royal Citi Group, perusahaan terbesar di Indonesia dengan nilai pasar 250 triliun rupiah, telah diakuisisi sepenuhnya oleh keluarga Salim kemarin. Sekarang perusahaan itu milik Anda." Raikhal semakin bingung. Dia hanya terdiam. Berpikir, tapi tiba-tiba otaknya seakan kosong hingga mematung tanpa kata. Tak pernah sekalipun dia bayangkan jika hidupnya bisa berubah dalam waktu sehari, dari tak punya uang menjadi seorang konglomerat dengan harta ratusan triliun. "Oh ya, ngomong-ngomong soal Royal Citi Group yang telah diakuisisi sepenuhnya oleh keluarga Salim kemarin. Sekarang semua saham atas nama Tuan muda, Anda bisa pergi ke Royal Citi Group besok untuk mengambil alih." Raut wajah Raikhal bertambah syok hingga sulit percaya dengan perkataan Zaky. Keluarga Salim telah berinvestasi terlalu banyak untuk Raikhal, bukan? 25 triliun di kartu bank, dan 250 triliun Royal Citi Group. Satu-satunya perusahaan tersukses di Asia adalah milik Royal Citi Group. Setiap perusahaan harus sujud di hadapan Royal Citi untuk dapat menjalin kerjasama. Bahkan keluarga Atmawijaya, keluarga Pangestu yang telah mempermalukan Raikhal hari ini, dan keluarga Hartono yang mengejar Meisya, semuanya lemah tak berdaya di depan Royal Citi Group. Raikhal masih tak menyangka jika sekarang perusahaan itu menjadi miliknya. Kemudian Zaky mulai mengeluarkan kartu nama dari dalam dompet dan memberikannya pada Raikhal. "Tuan muda, Anda mungkin perlu waktu untuk memikirkannya dengan tenang, saya tidak akan mengganggu Anda lagi, ini nomor telepon saya, Anda dapat memberitahu saya, apa saja dan kapan saja." Setelah selesai berbicara, Zaky pun berbalik dan melangkah pergi meninggalkan Raikhal seorang diri di parkiran panti yang tampak sepi. Setelah Zaky pergi, Raikhal masih tampak linglung dengan semua kenyataan yang didengarnya. Dia tidak tahu apakah dia harus menerima kompensasi dari keluarga Salim atau menolaknya? Namun, Raikhal berusaha memikirkannya dengan hati-hati. "Aku telah hidup menderita setelah kehilangan ayah dan ibu, dan aku telah dipermalukan saat masuk dalam keluarga Atmawijaya. Ini adalah kompensasi yang diberikan keluarga Salim kepadaku. Lalu alasan apa yang membuatku untuk tidak menerimanya? Apalagi sekarang ini aku butuh uang 3 miliar untuk melunasi hutang panti pada pihak bank, dan waktunya sungguh mendesak." Memikirkan hal itu, Raikhal menggertakkan gigi dengan erat dan segera mengambil keputusan untuk menerima kompensasi dari sang kakek. "Besok pagi aku akan menghubungi bank untuk melunasi hutang panti dan masalah pun selesai!" batin Raikhal yang kini seakan dapat terbebas dari masalah sulit yang sempat menjerat pikirannya dan hampir frustasi. Tiba-tiba saja Raikhal berpikir kini semua orang yang pernah menghinanya berada dalam masalah. "Apakah aku tiba-tiba menjadi seorang miliarder?" tanyanya dalam hati yang membatin, dia masih sulit mempercayai semua yang terjadi. Setelah membuat keputusan dengan diri sendiri, Raikhal pun kini memutuskan untuk bergegas pulang. Istri dan kedua mertuanya tengah berada dalam kekacauan saat ini. Meisya dan orang tuanya tidak lagi tinggal di mansion keluarga Atmawijaya, tetapi di sebuah bangunan yang sangat sederhana. Setelah Meisya menikah dengan Raikhal dan Adi Atmawijaya meninggal, mereka diusir dari mansion dan memutuskan untuk membeli sebuah rumah sederhana, namun tetap nyaman untuk ditempati. Setibanya Raikhal di rumah, dia mendengar ibu mertuanya tengah meluapkan amarah pada Meisya. "Raikhal itu memang pria miskin yang seperti sampah dan tidak berguna! Gara-gara dia keluarga kita kehilangan muka hari ini! Jika kamu tidak menceraikan dia secepatnya, tidak lama lagi nenekmu pasti akan mengusirmu dari Atmawijaya Group!" "Kalau itu memang terjadi, aku akan keluar dengan lapang hati dan mencari pekerjaan lain." "Meisya, kamu itu benar-benar membuatku emosi ya!" kata Melissa dengan amarah yang semakin meletup-letup. "Apa bagusnya sampah itu? Mengapa kamu tidak mau menceraikannya dan menikahi Alden? Jika kamu menikah dengan Alden, semua keluarga kita akan bangga!" Arnold pun ikut menimpali perkataan sang istri. "Ya! Menikahlah dengan Alden, dan keluarga kita akan menjadi keluarga paling kaya di depan nenekmu. Dia pasti akan berusaha untuk menjilatmu setiap hari demi mendapatkan perhatian." "Jangan katakan itu lagi, aku tidak akan menceraikan Raikhal!" jawab Meisya dengan tegas dan tetap pada pendiriannya. "Apa kamu mau membuat keluarga kita terus dihina-hina dan—" Belum selesai keduanya memaksa Meisya agar mau menceraikan Raikhal, tiba-tiba pria itu mendorong pintu dan masuk setelah mendengar semua perdebatan mereka dari luar sana. Melihat Raikhal pulang ke rumah membuat ayah dan ibu mertuanya menampilkan sorot mata penuh kebencian. "Ternyata manusia sampah itu masih berani pulang dengan tidak punya malu setelah apa yang dia lakukan di hadapan banyak orang!" Raikhal menghela napas dalam-dalam, ibu mertuanya selalu memandangnya rendah, tetapi jika Melissa tahu bahwa Raikhal sekarang adalah pemilik Royal Citi Group dan memiliki 25 triliun uang tunai, bagaimana dia akan bersikap? Apakah dia akan tetap memaksa Meisya agar menceraikannya dan terus memaksa putrinya untuk menikah dengan Alden? Namun, Raikhal masih belum siap untuk memberi tahu orang-orang tentang identitasnya saat ini. Dia meninggalkan keluarga Salim selama bertahun-tahun, siapa yang tahu bagaimana situasi keluarga Salim saat ini? Bagaimana jika seseorang dalam keluarga Salim tidak menguntungkannya jika dia mengekspos dirinya sekarang? Jadi, dia memutuskan dan berpikir lebih baik tetap low profile. Raikhal memilih menundukkan kepala dalam-dalam dan meminta maaf pada sang ibu mertua yang telah kehilangan muka di acara ulang tahun perusahaan keluarga yang digelar di atas kapal pesiar. "Bu, aku minta maaf karena telah membuatmu berada dalam kesulitan hari ini." "Kamu sudah banyak menyebabkan masalah, kamu membunuh harga diri keluarga kami yang terdiri dari tiga orang! Tidak bisakah kamu sedikit sadar diri dan keluar dari rumah kami?" Meisya yang mendengar hal itu buru-buru berkata, "Bu, apa yang kamu bicarakan, Raikhal adalah menantumu!" “Persetan dengan semua itu, aku tidak ingin punya menantu yang miskin seperti dia. Semakin jauh kamu pergi, itu akan semakin lebih baik, Raikhal!" jawab Melissa yang masih menggebu-gebu dalam amarahnya. Meisya segera mendorong Raikhal untuk pergi meninggalkan ruang tamu. "Cepat masuk ke kamar." Raikhal mengangguk dengan penuh rasa terima kasih pada Meisya yang selalu membelanya, lalu dia segera melangkah menuju ke kamar. Tak lama kemudian Meisya pun menyusul. Raikhal dan Meisya telah menikah selama tiga tahun, tetapi mereka belum menjadi suami-istri seutuhnya selama tiga tahun, selama itu juga mereka tidur masing-masing walau di dalam ruangan yang sama, Meisya tidur di kasur, sementara Raikhal tidur di sofa yang letaknya di seberang kasur. Malam itu Raikhal tidak bisa tidur, matanya sulit untuk terpejam dalam waktu yang cukup lama. Apa yang terjadi hari ini benar-benar mengejutkan, dan dia tidak bisa semudah itu untuk mencernanya. Sebelum tidur Meisya coba bertanya pada suaminya. "Raikhal, bagaimana situasi di panti asuhan saat kamu datang? Aku masih punya uang tabungan ratusan juta. Kamu bisa membawanya besok untuk membantu mereka." "Tidak perlu, Meisya, seseorang telah melunasi hutang panti asuhan pada pihak bank, masalahnya sekarang sudah selesai dan panti akan tetap berdiri seperti semestinya." "Benarkah?" Meisya bertanya dengan wajah penuh keterkejutan. "Jadi ada seseorang yang menyelamatkan masa depan panti dan semua anak-anak di sana?" "Ya, selama ini Bi Nanda dan pengurus panti lainnya telah melakukan perbuatan baik dalam hidup mereka dan membantu banyak orang, sekarang akhirnya ada seseorang yang membalas kebaikan mereka." “Syukurlah, aku ikut lega mendengarnya dan kamu juga bisa santai.” Meisya menjawab dan menghela napas lega. "Ya, sekarang pikiranku bisa tenang." "Baiklah, kalau begitu aku tidur duluan ya. Akhir-akhir ini ada banyak hal yang harus diselesaikan di perusahaan, jadi aku sangat lelah." "Apakah ada masalah dengan perusahaan?" tanya Raikhal yang penasaran dan merasa ingin tahu. "Bisnisnya tidak terlalu bagus. Oma selalu ingin bekerja sama dengan perusahaan besar seperti Royal Citi Group, tetapi kekuatan Atmawijaya Group masih lemah, dan orang-orang tidak begitu yakin akan kemampuan perusahaan kami." Raikhal tiba-tiba memikirkan Royal Citi Group dan bertanya pada Meisya. "Apakah Atmawijaya Group bekerja sama dengan Royal Citi Group?" Meisya menertawakan dirinya sendiri mendengar pertanyaan Raikhal. "Bagaimana mungkin? Atmawijaya Group masih terlihat rendah di hadapan Royal Citi Group! Bahkan tunangan Maydea dan keluarga Pangestu masih sulit untuk menjalin kerjasama dengan Royal Citi Group. Oma berharap setelah mereka menikah nanti dua perusahaan kami bisa menjadi lebih kuat dan menemukan jalan yang mudah untuk menjalin kerjasama dengan perusahaan raksasa itu." Raikhal mengangguk paham setelah mendengar jawaban Meisya. Ternyata Atmawijaya Group begitu terobsesi dan ingin menjalin kerja sama dengan Royal Citi Group. Namun, Merry pasti tidak pernah membayangkan bahwa Royal Citi Group sekarang adalah milik Raikhal. Memikirkan hal itu Raikhal memutuskan untuk mengambil alih Royal Citi Group terlebih dahulu, dan kemudian memberi Meisya sedikit bantuan melalui perusahaannya. Dia terlalu diintimidasi dalam keluarga Atmawijaya sejak menikah dengannya, dan sebagai seorang suami itu adalah tanggung jawabnya untuk membantu sang istri berkembang. "Suamiku malam ini terlihat berbeda, tidak seperti malam-malam biasanya. Dia jadi lebih banyak melamun setelah kejadian di kapal pesiar. Aku tidak akan membiarkan siapapun memandang rendah kamu lagi, Raikhal. Aku akan membuat seluruh keluarga Atmawijaya tunduk padamu suatu hari nanti!" gumam Meisya di dalam hati dengan harapan yang membumbung tinggi.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN