Seorang pria berusia empat puluh tahunan, mengenakan jas laboratorium putih, membawa perangkat tablet di tangannya, berjalan dengan cepat, bersemangat, dan napas memburu, menuju sebuah ruang utama gedung laboratorium. Tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu, pria itu menerobos masuk ke dalam, menghampiri meja utama dalam ruang tersebut, kemudian menaruh benda yang sedari tadi dibawanya, di atas meja. Pria berkepala pelontos, dengan tatapan mata tajam, terlihat mengerutkan dahi. Ia sentuh layar gadget, hingga sebuah data pencarian, beserta data-data penunjang informasi lainnya, kini tertampil pada layar. “Axelo. Apa kau ingat, wanita yang pernah menjadi bahan uji coba, tetapi menghilang dan berhasil melarikan diri dari BrainLab?” tanyanya. Sembari mengalihkan perhatiannya, Axelo mengan