80. Sedih

1690 Kata

Dewi bulan duduk di langit, bola cahayanya memudar merajut malam. Dengan siraman cahayanya yang indah, mampu menggetarkan hati siapa saja yang menatapnya. Namun, berbeda dengan Nadira, gadis itu sama sekali tak bisa menikmati keindahannya. Ada sesuatu yang terasa mengganjal di hatinya, yang membuat dia tak lagi tertarik menatap bola pijar raksasa tersebut. Nadira tak jua dapat memejamkan mata, padahal jarum jam sudah menunjukkan pukul dua dini hari. Ia terus berganti posisi demi mendapatkan kenyamanan, tapi lagi-lagi usahanya gagal. Saat memejamkan mata, muncul sesuatu yang begitu menyesakkan d**a. Perlahan Nadira meninggalkan tendanya. Berjalan menuju kursi malas yang berada di tepian kolam dengan secangkir cokelat panas favoritnya. "Kenapa belum tidur?" Nadira terkesiap saat mendenga

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN