"ARKANA!" Emeral menahan laki laki itu. Ia sungguh tidak mengerti apa yang sedang dilakukannya sampai laki laki itu menonjok Arman. Arkana tidak menjawab, namun laki laki itu menatap Emeral lama sekali. Sebuah senyuman terbit dari bibirnya, kemudian ia pergi begitu saja. emeral segera menolong Arman dan mengajaknya duduk di kursi kayu. "Sorry. Tuh anak kayanya enggak waras atau mabok sih," ARman mengusap rahangnya yang terasa panas. "sejak awal aku ke kelas kamu. Aku rasa, anak itu memang enggak suka sama aku. Aku enggak tahu dia kenapa? namun sepertinya dia udah mabuk berat sama kamu." ujar Arman. "Mabuk apa sih? maksudnya bagaimana coba?" ujar Emeral. "Dia kayanya suka banget sama kamu, Em." ujar Arman. "Sinting! mana ada yang kaya gitu. " cetus Emeral. "Emang kamu enggak