Akmal melihat mobil papahnya yang terparkir di depan halaman rumahnya. Dia bingung harus berkata apa, karena papahnya pasti menyakan istrinya. Apalagi kalau ada opanya, pasti yang pertama ditanyakan adalah istrinya. Akmal masuk ke dalam rumahnya, dia di sambut papah dan opanya yang berdiri di ambang pintu dengan tatapan tajam pada dirinya. “Emmm... Papah, Opa? Sampai di sini kapan?” tanya Akmal dengan gugup. “Plak...!” satu tamparan dari Erlangga mendarat di pipi Akmal. “Papah! Kenapa menampar Kiki?” ucap Akmal dengan memegang pipi bekas tamparan papahnya. “Papah benar-benar kecewa sama kamu, Ki! Apa ini, hah?!” Erlangga memberikan surat dari pengadilan milik Akmal yang tertinggal di meja ruang tamu. “Kamu sudah berani menyakiti Ainun?” ucap Opa Wisnu sambli mendekati Akmal. Akmal h