24

954 Kata
Vanna dengan cepat merapikan buku-buku yang ia keluarkan saat pelajaran tadi. Entah kenapa ia tak ingin membuat Raffa menunggu. Karena ia tahu, menunggu itu tak enak. Saat dirinya keluar dari kelas, ia langsung mendapati Raffa yang sedang berdiri sambil menyandarkan punggungnya didinding dengan kedua tangan dilipat didada. "Raf," Raffa menoleh dan menatap Vanna yang sudah disampingnya. "Kok lo keluar lama banget?" Vanna menautkan kedua alisnya, "Kenapa emangnya?" Pemuda itu mengidikkan bahunya acuh, "Tumben aja." "Masih mau disini?" Tanya Vanna sambil mengangkat alisnya. Dengan cepat, Raffa meraih tangan Vanna dan menyatukan telapak tangan mereka lalu mulai berjalan. Dalam perjalanan, beberapa siswi yang belum pulang melihat kearah mereka dan mulai berbisik. Vanna yang melihat itu hanya menganggap hal itu sepeleh. Biarkan tukang gosip berkarya. Itulah yang ia pikirkan. Wajah Vanna agak memerah. Ia masih belum terbiasa dengan status mereka. "Nat." "Hm?" "Gak jadi." Vanna mengangguk acuh. Sesampainya diparkiran, Raffa membukakan pintu mobil untuk Vanna. Gadis itu mengulum senyuman lalu masuk. Raffa tersenyum tipis lalu memutar dan masuk kedalam mobil dan mulai menyetir meninggalkan sekolah. Sambil memerhatikan jalanan, Raffa sesekali melirik Vanna yang sekarang sedang mengetik sesuatu di ponselnya. Ia sendiri bingung, tumben-tumbennya Vanna bermain ponsel saat bersamanya. Baru kali ini. Selama ini, didalam mobil Vanna tak menyentuh ponselnya terkeculi ia mendengarkan lagu lewat headset. Raffa agak kepo sebenarnya. Berhubung dirinya sedang menyetir, ia tak mau mengambil risiko untuk mengintip ponsel yang dimainkan Vanna. Ia masih sayang nyawanya. Ia juga masih sayang Vanna. Cinta malah. Ia tak mau ada apa-apa dengan Nata-nya. "Ekhem." Deham Raffa. Ia sengaja berdeham agar Vanna menoleh kearahnya. Tapi yang ia dapatkan hanyalah keheningan. Keacuhan Vanna saat ini membuatnya sedikit tak terima. Ia ingin ngobrol dengan cewek itu. Katakanlah dirinya manja. Tapi memangnya kenapa? Toh manja dengan pacarnya sendiri tak apa bukan? "Nata..." Panggil Raffa. Liatlah sekarang. Bahkan Vanna sekarang senyum-senyum tak jelas. Raffa langsung bergidik ngeri. Kenapa dengan Vanna? Kesambet? Itulah yang ada dipikiran pemuda itu. Tiba-tiba Raffa rem mendadak membuat Vanna langsung menatapnya tajam. "Lo kenapa sih?! Kalo lo kek gitu bisa-bisa kita kecelakaan tau!" Semprot Vanna membuat Raffa kicep. "Lampu merah." Raffa menunjuk kedepan dengan dagunya. Vanna mengangkat alisnya. "Terus?" Seakan tau Vanna meminta penjelasan yang lebih lengkap, Raffa akhirnya menjelaskan. Gadis itu mengerutkan kedua keningnya ketika mendengarkan tuturan Raffa. "Jadi lo pikir gue kesambet gegara senyum-senyum?" Dengan polosnya Raffa mengangguk. Suara klason dibelakang mobil mereka membuat Raffa langsung melihat lampu lalu lintas yang ternyata sudah berwarna hijau. Dengan cepat ia menjalankan mobilnya lagi lalu menatap Vanna yang sampai sekarang menatapnya. Pemuda itu mengerutkan keningnya, "Kenapa?" Vanna menggeleng lalu menghela napas. Ia menyimpan ponselnya lalu menatap keluar jendela mobil. Sesampainya dirumah, Vanna berkata terima kasih kepada Raffa, dan masuk kedalam rumahnya. Dibantingnya dirinya ke kasur lalu meraih ponselnya. Grup kelasnya sangat beribut. Dengan kepo Vanna membukanya. LINE Apa aja yang penting ena (20) Hera : Njir! Siapa yang ubah nama grupnya? Celly : Ambigu anj :3 Prell : Ngakak Hera : Ngaku woy. Pasti ulahnya cowok-cowok ini mah. Arez : Ada gerangan apaan nih nuduh cowok? Farik : Ribut banget ni grup. Arez : Selo dong bang. Datang-datang marah ae lu. NadyaC : Wanjir... ngakak nama grupnya Hera : Tumben lu nongol Nad. Anton : Wah akhirnya rame juga nih gc NadyaC : Napa emang? Hera : Gak. Nyante aja neng. NadyaC : Hm. Hera : Sider banyak woy. Celly : Bimo, Gita, Lena, Friska, Prell, Vanna, Ria, Zara. Sider. Hera : Ketahuan kan kalian. Keluar wei! VannaN : Ehehe Bimo : Pake line lite lu Cel? Celly : Hooh Mo. Bimo : Lu kira gue sapi apa? Hera : Mirip sih. Celly : Kan nama lo ada Mo nya. Dari pada gue panggil Bimoli? Friska : Jleb :v Prell : Jleb :v (2) LenaA : Jleb :v (3) Bimo : Dari pada lo mirip KERA Hera. Lu diam-diam menyakitkan ya Cel. Cukup tau aja gw Celly. Samaan aja lo pada terus Friska Prell LenaA Hera : Wah nyari masalah lo sama gue? Celly : Ehehe LenaA : Gue gak tau mau ngomong apaan. Friska : Gue gak tau mau ngomong apaan. (2) Bimo : Kalau iya emang kenapa? Hera Prell : Gue gak tau mau ngomong apaan. (3) Bimo : Samaan aja terus lo pada. Gw gorok kepala lo pada baru tau rasa ye. NadyaC : Bim. Jangan gorok lena. Nanti Randi marah lo :) VannaN : Wahaha Hera : Sini lo! Bimo. Ketawa mulu Van_- VannaN. Randi yang temennya kak Raffa itu kan? NadyaC VannaN : Dari pada gue sider. Bimo : Sorry gw gak berantem sama cewek. Oh iya gue lupa. Lu kan bukan cewek :( NadyaC : Hooh Ra. Hera : Iya juga sih VannaN. Njir. Nantang bat ya lo keknya Bimo Farik : Disekolah berantem. Di gc berantem. Gue doain kalian taken supaya gak berisik mulu. VannaN : Amin Celly : Amin (2) NadyaC : Amin (3) Prell : Amin (4) Arez : Amin (5) LenaA : Amin (6) Friska : Amin (+999) Bimo : Boleh ugha sih (͡° ͜ʖ ͡°) Hera : OGAH! Jeni : Jebol Arez : APANYA YANG JEBOL JEN? NadyaC : Entah kenapa gue ngerti maksud arez_- Hera : Ambigu lu Jen-.- VannaN : iya juga sih. Ambigu. Jeni : Maksud gue grupnya jebol arez (999+)! Otak lo kayaknya harus dicuci. Ngeres banget otaknya. Arez : ehehe Farik :Lo pada santai gini emangnya udah kerja tugas? Hera : tugas apaan? VannaN : (2) NadyaC : (999+) dah biar kagak ribut. Farik : Mtk. Dari bab 1-4 Prell : DEMI APA!! GUE BELUM KERJA NJIR! Hera : Demi kepala botaknya pak Muklis! Otw kerja dah. Celly : Bubar bubar. Nggak ada yang ribut lagi disini. Kalo nggak ni gc rata! Bimo : Diatas gue true kicker /Read 20/
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN