Siva tertidur pulas di sisi ranjang, napasnya teratur dan wajahnya terlihat lelah namun tenang. Rambutnya terurai berantakan di atas bantal, sebagian menutupi pipinya yang masih memerah. Sakha hanya duduk bersandar di tepi ranjang, memandangi wanita itu dalam diam setelah membawanya ke puncak dua kali. Masih ada sisa kehangatan di antara mereka, keheningan yang terasa berat sekaligus membingungkan. Ia mengusap pelipisnya pelan, mencoba memahami apa yang baru saja terjadi. “D-amn it! Kenapa aku sampai sejauh ini?” gumamnya lirih. Tatapannya jatuh pada Siva yang tampak begitu rapuh dalam tidurnya, seolah tanpa dosa, padahal pikirannya berkecamuk penuh pertanyaan. Sakha memejamkan mata sejenak, menghela napas panjang. Ia sadar, sesuatu di dalam dirinya telah bergeser. Antara rasa penasara

