Kania terpaku seketika, menyadari lidahnya salah ucap menyebut nama yang seharusnya tak pernah terlintas di saat seperti ini. Edward—nama itu terngiang tanpa bisa dibendung, menyeruak hingga ia lupa siapa sosok di depannya sebenarnya. Arya, calon suaminya, yang dengan mata penuh tanya menatap dalam-dalam, bukan pria yang namanya baru saja terucap. Sosok Edward tak lebih dari bayangan samar yang tak pernah benar-benar dekat, namun entah kenapa namanya tetap mengusik hati Kania. "Kenapa tiba-tiba kamu menyebut nama laki-laki lain, saat kamu lagi di sini, bersamaku, Kania?" Arya menyentakkan kata-katanya, suaranya dingin tapi menusuk, matanya menatap lurus ke dalam jiwa Kania. "Apa memang sebenarnya, di dalam pikiran kamu hanya ada Edward, iya?" Kalimat itu seperti cambukan yang membuat d**