Sama sekali tak terbersit sedikit pun niat di hati Bi Jum untuk menyinggung Kania atau menyimpan prasangka buruk, ucapannya tadi benar-benar murni keceplosan tanpa pikir panjang. Namun, saat melihat tatapan terkejut yang terpancar dari mata Kania, seketika beban bersalah menjalari seluruh tubuh Bi Jum. "Maafkan Bibi, Non Kania. Bibi sama sekali tidak bermaksud seperti itu," lirih Bi Jum penuh penyesalan. Kania menatap tajam, matanya mengiris, suara penuh rasa ingin tahu yang menyamar sebagai ketidakpercayaan, "Apa itu benar? Aku ingin tahu, Bi. Apa benar yang Bibi katakan? Apa tadi aku seperti orang mengidam, karena tiba-tiba mau makan sesuatu yang asam-asam?" Bi Jum yang gugup coba mengelak. "Non, Bibi benar-benar minta maaf. Bibi hanya bicara asal saja, sama sekali tidak—" Kania memo