Pada akhirnya, Kania memilih untuk tidak menjawab telepon itu. Bukan karena Edward yang menyuruhnya, melainkan hatinya sudah yakin—pasti Arya yang memakai ponsel Elisa untuk menghubunginya, menyusup masuk ke dalam hidupannya yang mulai dia rawat dengan susah payah. Detik-detik berlalu bagai jarum yang menusuk, sampai akhirnya mereka tiba di kediaman Kania. Edward turun dari mobil dengan langkah hati-hati, menggandeng tangan Kania yang mulai lemah menuju pintu depan rumah. "Kamu langsung istirahat, ya. Ingat, kondisi kamu sekarang mudah lelah," ucap Edward, suaranya penuh perhatian dan lembut, seolah ingin menebus semua kesulitan yang belum pernah mereka lalui bersama. Senyuman tipis merekah di bibir Kania, hangat sekaligus perih—begitulah rasanya menerima perhatian yang mungkin hanya bi