Sisy benar-benar buta akan kenyataan, padahal sindiran tajam Kania sudah meluncur tanpa ampun. Namun, Sisy malah menolak akan kenyataan itu dan terus menipu diri sendiri, berpura-pura bahwa Kania masih memperlakukan dirinya seperti dulu—dengan kasih yang tulus. Dia memang sering meminjam uang pada Kania, terakhir kali jumlahnya begitu besar, dibungkus alasan muluk: ibunya sakit parah di kampung dan ayahnya yang hanya karyawan biasa tak mampu menanggung biaya pengobatan. Kania diam saja, tak pernah menagih sepeser pun, meski saat ini dia tahu persis semua cerita Sisy hanyalah drama belaka, sandiwara yang sudah ia percaya sejak awal. Kini, mata Kania tertuju pada gelang berlian mewah yang melingkar di pergelangan Sisy, benda yang jelas bukan hasil jerih payah seorang peminjam uang. Dengan k