Namun kebahagiaan yang baru saja merayap di d**a Kania tiba-tiba terusik oleh suara dering ponsel Edward. Sang pemilik tampak tak menyadarinya, tapi Kania segera menunjuk ke layar yang bergetar. Edward mengangkat pandangannya dan saat menyadari panggilan itu dari ayahnya sendiri, ketegangan seketika menghimpit ruangan. Tanpa basa-basi, pria itu segera menjawab telepon tersebut. "Iya, Pa. Aku akan segera pulang." Panggilan itu segera berakhir, menyisakan keheningan berat di antara mereka. Kania menatap wajah Edward yang berubah serius, suaranya bergetar saat bertanya, "Ada apa?" Edward menelan ludah, mencoba menyembunyikan kegelisahan yang mendadak menghimpitnya. "Papa memintaku pulang dan katanya, aku harus membawa kamu juga." Kania membelalakkan mata, rasa penasaran berubah menjadi k