“Feeya ….“ Arga berbisik dalam hati, pikirannya bercabang memikirkan pantas tidaknya dia menyentuh wanita yang beberapa bulan lalu justru menjadi target kejahatannya. “Aku bisa berhenti jika kamu masih ragu,” ucap Airin, mengutip kalimat yang Arga katakan sebelumnya. Arga menangkap tangan Airin yang hendak mundur kembali, menariknya lembut dan memberi isyarat agar duduk di pangkuannya. Airin terlihat ragu, tapi dia menurut juga. Duduk pelan di paha Arga, lalu meletakkan tangannya di bahu lelaki itu. “Kita mungkin tidak akan bisa–“ “Aku ingin menyentuhmu!” ucap Arga memotong kalimat Airin. Airin terpaku mendengarnya, matanya mengunci pandangan pada Arga yang juga menatapnya. Lelaki itu merangkum tangan Airin, menyelipkan jemari tangannya di antara jari lentik itu. Nafas keduanya m