“Aku lagi memeriksa para murid baru yang masuk di tahun ajaran kali ini, siapa tahu ada yang berasal dari kenalanku atau anak dari rival bisnisku!” jelasnya, bersikap santai dan membiarkan Laiqa melihat layar laptopnya. Selama tidak ada nama Feeya di sana, wanita itu tentunya tidak akan curiga. Laiqa pun hanya menatap sekilas pada laptop itu, dia malas memeriksa lebih jauh dan menganggap itu adalah pekerjaan Revan saja. “Iya, tapi sekarang kita makan dulu saja, Mas. Aku sudah masak banyak untuk makan malam kita!” kata Laiqa dengan nada manja. Revan mengangguk mengiyakan. “Iya, ayo. Aku juga sudah lapar, nggak sabar menikmati masakan istriku tersayang!” katanya. Laiqa tersenyum senang mendengarnya. Mereka lalu beranjak menuju ruang makan sambil bergandengan tangan mesra. Tepat ketika