Vei segera membuang muka saat degup jantungnya semakin menggila. Entah kenapa, bukannya marah dengan permintaan Gama, dirinya justru merasa malu. “Ah, tidak jadi.” Vei menoleh, menatap Gama dengan pandangan tak terbaca. “Aku tidak mau kau menciumku karena terpaksa,” ucap Gama menatap Vei dengan senyuman tipis. Entah apa maksud dari senyuman tipisnya tapi apa yang Gama katakan membuat hati Vei bergejolak. Vei segera mengalihkan pandangan, menatap ke depan dan meraih lemon teanya lalu meminumnya. Ia terlupa bahwa sedotan yang digunakannya juga telah digunakan Gama dan sekali lagi, artinya mereka melakukan indirect kiss. Vei tenggelam dalam pikirannya sendiri. Ia bertanya-tanya, ada apa dengan dirinya. Saat Gama meminta hadiah ciuman, ia justru merasa malu dan membayangkan yang tidak