60. Pengakuan

1811 Kata

“Woi! Dasar anak itu," geram Diki. Padahal ia sudah senang bisa satu kelompok dengan Gama mengingat Gama termasuk mahasiswa cerdas di kelas. “Sebenarnya, apa yang terjadi, sih, Sa,” tanyanya pada wanita pemilik rambut panjang sepinggang di sebelahnya. Raisa terdiam sejenak kemudian menjawab, “Tadi aku dengar ponselnya berdering. Aku penasaran siapa tahu ada hal penting jadi aku mengangkatnya tapi, sepertinya Gama marah.” “Terus? Siapa?” Raisa menggeleng. “Entah lah, orang itu tidak bicara," jawabnya. Mendengar itu Diki hanya bisa mendesah berat. “Ck, ya sudah. Kita kerjakan saja tanpa Gama.” Raisa hanya diam menatap pintu kamar Diki yang tertutup rapat. Melihat sikap Gama membuatnya kian penasaran siapa yang telah menelpon barusan. Apa mungkin pacarnya? batinnya. Di sisi lain, Ga

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN