Pelayan itu terbungkuk sambil memegangi perutnya, wajahnya menahan sakit. Namun ia tidak mengeluh. Ia bahkan tidak berani menatap langsung mata Evan. Evan menatap pelayan itu dengan tajam. “Aku tidak mempekerjakanmu untuk membawa istriku keluar vila tanpa seizinku,” ucapnya dingin. “Mulai hari ini, kau tidak perlu kembali lagi.” Pelayan itu hanya mengangguk sekali dengan pelan. “Kau dipecat.” Viana tersentak mendengar itu. “Evan, hentikan!” serunya. “Itu salahku. Aku yang memaksa dia mengantarku keluar vila!” Evan berbalik menghadap Viana. Rahangnya mengencang, otot-otot di lehernya menegang. “Kau memaksanya?” tanyanya tajam. Viana mengangguk cepat. “Dia bahkan sempat menolak. Tapi aku bersikeras. Dia tidak bersalah!” Evan memejamkan mata sejenak. Kedua tangannya mengepal kuat, napa