Setelah perjalanan pulang yang tenang, mereka akhirnya tiba di mansion. Perut Viana terasa penuh hingga membuatnya enggan bergerak. “Kurasa perutku akan meledak,” keluhnya sambil mengembuskan napas panjang, tepat ketika Evan membungkuk, mengangkatnya dari kursi roda, lalu memindahkannya ke atas kasur. Begitu tubuhnya menyentuh permukaan empuk itu, Viana langsung merosot bersandar ke tumpukan bantal, seperti boneka kain yang kehilangan tenaga. Ia bahkan tak mau repot-repot merapikan rambut yang menutupi sebagian wajahnya. Evan menatapnya sambil melepas jas. “Aku tidak memaksamu menghabiskan semua kue itu. Kau sendiri yang menginginkannya.” Viana menoleh malas, lalu melirik tajam pada suaminya itu. “Kau memang tidak memaksa… tapi kau bilang akan membuang sisanya kalau aku tidak menghabis