Bab 10

1140 Kata

Keesokan paginya, Viana menggeliat pelan di atas ranjang. Kelopak matanya mengerjap lembut sebelum ia meraba sisi tempat tidur—kosong. Kursi rodanya sudah berada di tepi ranjang seperti biasa, tapi tak ada tanda-tanda kehadiran Evan di kamar. Meski begitu, senyum merekah perlahan di bibirnya. Dengan gerakan hati-hati, Viana bangkit duduk. Sedikit rasa nyeri menyusup di tubuhnya. Namun bukan rasa sakit yang mengganggu, melainkan sisa dari malam penuh kehangatan dan bisikan lembut yang terus terngiang di telinga. Malam ketika Evan memeluknya dengan penuh hasrat dan menatapnya seolah ia adalah satu-satunya wanita di dunia. Dada Viana menghangat. Wajahnya bersemu tanpa sadar. “Tadi malam …,” gumamnya pelan, merasa malu sendiri. Ia buru-buru membenamkan wajah di balik telapak tangan dengan

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN