Viana tidak menyangka, pesta pernikahan yang begitu sederhana itu ternyata mampu menguras seluruh tenaganya. Gaun pengantin yang semula terasa ringan kini terasa berat di tubuhnya. Sepanjang acara, senyum dan sapaan dari tamu-tamu yang tidak ia kenal sama sekali membuat kepalanya nyeri. Kini, saat semua usai, saat lampu-lampu taman dipadamkan dan musik berhenti, ia hanya ingin menarik napas dalam dan memejamkan mata. Tapi itu tidak terjadi. Evan tengah berdiri di depan cermin kamar mereka, membuka kancing kemejanya satu per satu. Suara gesekan kain itu entah mengapa membuat Viana gugup. Ia duduk di kursi roda, menatap pantulan pria itu dalam diam. Mereka telah sah sebagai suami istri. Tak ada yang menghalangi malam ini terjadi. Evan berbalik perlahan, tatapannya jatuh pada tubuh Viana