Gadis malang itu menatap Viana dengan mata berkaca-kaca. Viana meraih tangannya perlahan, memberi sedikit tekanan hangat sebagai isyarat bahwa ia aman sekarang. Namun sebelum ia sempat berkata apa-apa lagi, suara langkah tegas terdengar dari belakang. “Viana,” suara Evan terdengar jelas, dingin namun terkendali. Saat ia mendekat, sorot matanya langsung menyapu kondisi Viana, lalu beralih sekilas pada gadis malang yang sedang Viana genggam. Ada kilatan tanya di matanya, tapi tidak diucapkan. “Kita akan kembali,” ucapnya singkat. Viana menatap Evan, dan dalam pandangannya ada sedikit permohonan pada pria itu. “Evan,” ujarnya lembut, “bisakah kita memberi gadis ini tumpangan pulang? Dia terlihat lemas… aku takut dia kenapa-kenapa.” Sejenak Evan terdiam, ia menatap wajah Viana tanpa berkata