Ivan tak menyangka akan seperti ini jadinya. Padahal ia hanya ingin menunjukkan jika ia menantu yang baik pada Nurman. Tapi ia justru mendapatkan suguhan yang luar biasa sekali. Setelah melepaskan kaos kaki dan sepatunya, Ivan beranjak naik ke atas ranjang. Tatapannya mulai berkabut. Antara bayangan Jihan dan Cecil yang menggoda seolah datang silih berganti. Cecil tersenyum sambil kembali memanggil Ivan dengan suara yang mendesah dan menggoda. "Mendekatlah Ivan, kamu bebas mau melakukan apapun juga. Kita sampai pagi di sini, jangan lupa ya. Kamu harus cepat buat aku hamil." Sejarah terulang. Dan Cecil puas sekali. Gadis itu tersenyum dan melirik ke arah jam di dinding ruangan. Ia bisa menghitung di dalam hati. Saat ini Papanya pasti sudah bertemu Fatan dan Jihan. Memang rencananya