Selama ini, Yudis tak pernah membedakan antara Jihan dan Elina. Walau ia tahu, istirnya ini tak begitu menyukai keponakannya.
Apalagi ketika pertama kalinya Jihan datang ke rumah ini. Ranti menolak keras.
"Biaya hidup kita sudah membengkak Pa. Masa harus menambah satu lagi beban di rumah ini."
Begitu ucapan Ranti kala itu. Wanita itu bahkan berkata keberatannya dihadapan Jihan. Sungguh tidak berperi kemanusiaan.
"Aku berhutang budi pada ibunya Jihan. Aku gak akan bisa menikahimu dan memiliki pekerjaan seperti sekarang andai tidak ada ibunya Jihan."
"Ibunya Jihan bahkan telat menikah karena harus membiayai kuliahku. Apa salah kalau aku membalas budi? Sejak mereka ada di dekatku, bahkan kau melarangku membantu mereka."
"Tapi papa tetap bantu kan? Memangnya aku gak tahu? Aku tahu Pa! Pa
