Hari ketiga belas setelah jatuhnya meteor. Sama seperti hari-hari sebelumnya. Kami semua duduk melingkar untuk tetap mempertahankan emosi dan kewarasan agar tak cepat jadi gila. Bangku dan kursi pelanggan kami pinggirkan hingga tercipta ruang kosong yang bisa kami gunakan bersama-sama. Awalnya semua sangat berat. Kak Bright sebagai pemimpin kami terus berusaha sekuat tenaga agar tak ada lagi peningkatan distress personal. Ia berjuang sangat keras setiap hari untuk tetap tersenyum dan membagikan aura positif. Tapi, ia gagal. Kak Bright sendiri mulai terperosok masuk ke dalam distress personal. Beberapa hari lalu ia mengajakku bicara empat mata. Ia sangat teguh dan tegar dalam menjalani tugas yang telah diberikan padanya. Tapi kalau boleh jujur, sebenarnya ia tak menginginkan itu semua. Ia