Jun Sorrow 3

1073 Kata

Kenapa gelap? Kenapa tak terlihat apa pun? Mengapa merana? Merasa seperti tengah disika. Mengapa jadi penuh dengan air mata? Seperti kegelapan yang tak juga kunjung menemukan lagi sang cahaya. Bagai malam yang tak juga menemukan siangnya. Mataharinya. Hidupnya. Pak Andarpadi yang terhormat itu menjawab dengan wajah poker face yang terlihat sangat menyebalkan, “Tentu saja, Nak. Laki-laki bernama Sudibyo yang memiliki rumah makan tempatmu bekerja itu sudah Papa bayar. Untuk memantau semua perkembangan yang kamu alami selama tidak berada di rumah. Selama berusaha kabur dari takdir yang sudah menyertaimu sejak terlahir ke dunia,” ucapnya enteng. Ringan. Seolah tak apa. Tak ada masalah dengan memasukkan ribuan paku ke dalam kerongkongan putranya. “Kenapa…? Apa alasannya? Saya tidak mungkin...

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN