Risa bukan berarti mengalah ketika dirinya mau diantarkan oleh Danu. Hanya saja, jauh di lubuk hatinya dia merasa tidak nyaman terus berusaha menghindari seseorang. Bukan tidak nyaman kepada Danu, tetapi kepada dirinya sendiri. Sejauh puluhan kilometer pun, seperti kata Danu tadi, Risa benar-benar diam seolah menganggapnya tidak ada. Mungkin pria itu benaran hanya angin yang yang mampu menekan pedal gas dan mengendalikan stir mobil agar tetap berada di jalur yang aman. Ketika Danu menghentikan mobilnya di area istirahat, Risa baru membuka mulutnya. Itu pun sebuah ucapan protes yang dia lemparkan. "Sebentar lagi sampai, kenapa berhenti?" Danu yang tengah melepas sabuk pengaman akhirnya berhenti sebentar dan menatap Risa. "Aku lapar, sejak tadi pagi belum makan sesuatu." Sabuk pengaman te

