*** Domenico semakin mendekat, wajahnya hanya beberapa inci dari Sexyana. Napasnya yang berat terasa hangat di kulit halus wanita itu. Bibir mereka nyaris bersentuhan—dan Sexyana tahu, dia tidak bisa membiarkan hal menjijikkan ini terjadi. Tidak! Dia tidak akan sudi membiarkan pria tua bangka ini menyentuhnya. Namun, ketakutan tidak boleh menguasainya. Dia harus tetap tenang. Harus berpikir cepat. “Apa kau ingin bercinta denganku? Sungguh?” Suara Sexyana akhirnya terdengar, menggema di antara kesunyian ruangan. Kalimat itu berhasil menghentikan Domenico. Pria itu tidak langsung menjawab. Ia justru menatap tajam, seolah menilai sesuatu dari dalam mata Sexyana. Lalu, ia mengangkat wajahnya sedikit, menciptakan jarak yang lebih longgar antara mereka. Namun, tatapan matanya semakin berki