Sera berjalan mondar-mandir di dalam kamar. Mengetuk-ngetukkan ponsel yang ia pegang ke dagu, sesekali dengkusan kasar dan decakan mengiringi setiap langkah kakinya. Sera terlihat gusar, mimik wajahnya menunjukkan kekesalan dan bola matanya menyiratkan amarah menggebu-gebu. Sudah lima jam berlalu semenjak ia mengirimkan sebuah pesan berupa rekaman video singkat pada Leon. Namun, setiap kali memeriksa ponselnya, ia selalu mendesah berat karena tak kunjung mendapat balasan dari Leon. Padahal Sera sudah berekspetasi tinggi kalau rencananya kali ini akan berhasil, tapi yang terjadi malah sebaliknya. Lelaki itu sama sekali tak bereaksi ataupun merespon pesannya. "Apakah Leon sengaja tidak peduli?" Sera berhenti, memicingkan matanya dengan kerutan mengukir kening. "Enggak, enggak mungkin dia