Leon menyugar rambutnya ke belakang, berjalan lunglai memasuki lift. Ia menyandarkan punggungnya, menatap kosong pintu lift yang mulai tertutup. Pikiran Leon kacau balau, setelah memutuskan mengakhiri hubungannya dengan Sera lewat sambungan telepon. Kini ia diserang perasaan gamang, seolah hatinya menyesali keputusan gegabah yang ia ambil. Namun, egonya berkata kalau ini yang terbaik. Leon tidak suka diancam, apalagi harus tunduk pada siapa pun terlebih itu seorang wanita. Tidak ada dalam kamus percintaannya, kalau wanita boleh menjadi pengendali atas dirinya. Leon mengembuskan napas kasar, mungkin sebaiknya memang seharusnya seperti ini untuk sementara waktu. Kalaupun ia butuh kepuasan, Leon bisa mencarinya di luaran sana. Bukankah banyak wanita yang bisa ia kencani, tidak perlu bergan