Kellan memainkan gawai di tangan kiri, dan sebuah gelas berisi whisky di tangan kanan. Sesekali pria tampan itu melirik ponsel yang tergeletak di atas meja menanti notifikasi muncul. Sudah beberapa jam setelah berita yang ia ledakan di publik membakar semua media, tetapi tidak ada satu pun respon yang diberikan oleh tergetnya. Kellan menyusuri bibir gelas dengan jempol tangannya. “Apa mereka sebodoh itu—tidak bisa menebak siapa yang melakukan semuanya?” Kellan bergumam dengan seringai di wajahnya. Seorang wanita berusia sekitar enam puluh tahun lebih mendekati Kellan. Wanita yang masih terlihat bugar itu duduk dan memandang Kellan. “Apa ada yang mengusik pikiranmu?” tanya Ratih dengan ekspresi yang sulit diartikan. Kellan meletakkan gelas dan menoleh sambil tersenyum. “Mama. Kenapa Mam