43. Pengakuan

1117 Kata

Aria tertunduk menatap kedua tangannya di atas pangkuan tak berani menatap Arsa yang tetap diam. Hingga tak terasa setetes air matanya jatuh di atas kedua tangannya. “Mungkin karena aku cemburu.” Deg! Jantung Aria seakan berhenti berdetak sesaat dengan mata melebar. Namun, ia belum berani mengangkat kepala menatap suaminya itu. “Mengingat dia seperti sangat senang bertemu denganmu sekaligus terkejut mengetahui kau sudah menikah membuatku merasa kesal,” imbuh Arsa. Aria meremas roknya, air mata pun kian menetes meski Arsa sudah mau bicara. Namun, kali ini tetesan air mata itu bukan air mata kesedihan, melainkan kelegaan karena Arsa jujur padanya. Tiba-tiba Aria menjatuhkan kepala membuatnya bersandar di bahu Arsa. Senyumannya pun mengembang bercampur dengan air mata yang membasah

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN