“Belum tidur?” Arsa bertanya merasakan pergerakan Aria dalam dekapannya. Sejak tadi istrinya itu seperti gelisah. Saat ini ia dan Aria berada di atas ranjang dengan ia yang berbaring mendekap istrinya itu. “Aku tidak bisa tidur,” jawab Aria. Arsa mengeratkan dekapannya. “Kenapa? Apa yang kau pikirkan?” Aria mendongak menatap Arsa dari posisinya. “Aku … memikirkan mereka. Marisa dan ayah Hengki,” ujarnya mengungkapkan isi dalam kepalanya saat ini. “Apa yang kau pikirkan? Mereka dulu tidak punya apa-apa dan sekarang kembali tidak punya apa-apa. Itu sudah pantas mereka dapatkan,” tutur Arsa. “Tapi ini sudah tengah malam. Jika mereka pulang dan menemukan sudah ada penghuni baru di rumah itu, apa yang akan mereka lakukan?” Aria tahu dua manusia itu telah membuatnya menderita selama