Aria terengah saat tautan bibirnya dan Arsa terlepas. Namun, Arsa kembali mencari keberadaan bibirnya. Tangannya merambat ke atas dan menangkup wajahnya dengan kedua tangan lalu kembali mendaratkan ciuman. Pria itu begitu menggebu seperti sangat kelaparan dan bibir Aria adalah makanan yang lezat yang ingin terus disantapnya hingga kenyang. Tetesan saliva jatuh tercipta dari pagutan keduanya tapi sama sekali tak membuat Arsa jijik. Sementara Aria hanya bisa pasrah meski ia merasa kesulitan mengimbangi permainan bibir dan lidah Arsa. Dalam hati Aria berpikir, mungkinkah dulu Arsa sudah pernah melakukan ini? Atau memang selalu melakukan ini? Apakah dengan satu wanita? Atau dengan banyak wanita? Mengingat siapa pria itu sebenarnya. “Hah … hah ….” Aria terengah dalam d**a bidang suaminya. S