Marisa duduk tenang di sofa ruang tamu menunggu Arsa datang menemuinya. Ia sudah mengambil keputusan, mempertaruhkan apa yang ia punya demi sesuatu yang lebih menguntungkan. Akan tetapi, tentu saja bukan tanpa sebuah rencana. Setelah merasa bosan menunggu, akhirnya Arsa menunjukkan batang hidungnya, berjalan didampingi Aria. Perhatian Marisa pun sepenuhnya tertuju pada Aria. “Selamat pagi, aku datang untuk memberimu jawaban,” ucap Marisa saat Arsa telah duduk di sofa sementara Aria berdiri di sisinya. Aria hanya menundukkan kepala seakan tak berani menatap Marisa. Meski begitu ia sadar jika sedari tadi perhatian Marisa tertuju padanya. “Katakan,” sahut Arsa. Marisa mengeluarkan map berisi surat serta seluruh aset milik ibu Aria dan meletakkannya ke atas meja, sedikit mendorongnya