“Lagi di kafe, Pi. Minum coklat. Di kafe ini hot chocolate-nya the best pisan!” Ya, ia benar. Sebenarnya tak hanya hot chocolate, namun semua varian yang ada di beverage menu, taste-nya legit dan menyenangkan di mulut. “Papi kok ngga ngopi?” “Lagi dibikinin Mami.” “By the way, Peony lupa naruh earbuds di mana, jadi Papi jangan teriak-teriak nyahutin Peony ya?” “Kapan Papi teriak-teriak nyahutin kamu?” Sekretarisnya Saga itu terkekeh renyah, sementara aku diam saja dan akhirnya memutuskan memilih meja di sampingnya ketimbang kembali ke kantor. Masih sekitar pukul sebelas, masih giliran Mas Saga menemani Farah. Kafe ini penuh, mungkin karena cuaca dingin yang hari ini terasa begitu menggigit. Peony menoleh, mengangguk sopan padaku. Aku membalas dengan gesture yang sama. “Saha, neng?”