133:SAGA-BENER

1871 Kata

Restoran yang kami datangi ini bukanlah restoran mewah dengan ambiance elegan. Namun, sebuah restoran kecil, bertema rustic yang level hangat dan romantisnya meningkat berkali-kali karena cuaca di luar. Langit yang teramat gelap, hawa yang dingin, ditambah bohlam-bohlam kekuningan yang menggantung di setiap sudut, menciptakan bayangan lembut di atas meja. Sup krim kepiting dan udang disajikan, aroma gurihnya langsung menyebar, memenuhi udara di antara kami. Peony menghirup dalam-dalam aroma itu dengan khidmat sebelum perlahan meraih peralatan makannya. “Hati-hati panas, Peony,” ujarku pelan. Ia mengangguk seraya menyesap kaldu creamy dari sendoknya. Saat ledakan rasa mengisi rongga mulutnya, ia tersenyum seraya memejamkan mata. Ekspresinya seolah mengatakan bahwa dia tengah menikmati sa

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN