114:SAGA-NAPAS BARU

1947 Kata

Lulu yang lebih dulu sadar jika ada orang lain selain kami berdua dan Levi di ruangan ini. Ia menoleh, menatapku dengan mata yang masih basah, namun tak ada kata yang keluar dari bibirnya. Aku bisa merasakan kelelahan dan kesedihan yang begitu dalam di wajahnya. Kusingkirkan jejak air mata di wajahku, bernapas dalam, berusaha mengendalikan perasaan sebelum memberi jarak dengan Lulu. Sementara, Mita melangkah lebih dekat. “Aku beli minuman hangat dulu ya?” ujar gue pada Lulu. Ia memberi anggukannya, mungkin karena terlalu lelah untuk berkata-kata. “Jangan lama-lama,” lirihnya, parau. Ia terus menangis sedari tadi dan hanya aku yang menemani. “Okay.” Tanpa menegur Mita ataupun meliriknya sejenak, aku melangkah begitu saja meninggalkan keduanya. Rasanya sulit untuk menatap Mita sekarang,

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN