83:PELUKAN-PERTAMA

1703 Kata

Pagi itu Lia sudah harus mulai melatih mobilisasinya. Ia mencoba dengan berjalan-jalan pelan di dalam kamar. Setiap langkah terasa begitu menggigit, Lia bahkan nampak agak membungkuk karena rasa sakit yang mendera setiap kali ia menggerakkan kaki. Itu belum termasuk saat ia bersin atau tertawa, setelahnya pasti air mata spontan menetes sangkin nyerinya. “Pereda rasa sakitnya masih dikasih via infus ngga sih Kak?” tanya Lia. Kiano dan Dariusz sudah meninggalkan mereka berdua lagi. “Masih. Kenapa? Sakit banget, Sayang?” “Iya sih sakit banget.” “Kan masih baru banget operasinya. Tadi analgesiknya juga ada yang kamu minum.” “Oh. Toleransi nahan sakitnya Lia rendah kali ya Kak?” “Mungkin,” jawab Deni lembut. Baru beberapa langkah, Lia sudah duduk di sofa. Tak berapa lama ia kembali berdi

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN