“Ada apa Kak?” tanya Lia setelah mereka kembali ke kamar untuk beristirahat. Tentu saja Deni tak enak hati jika harus mengundurkan diri lebih dulu padahal pemilik rumah dan anak-anaknya masih mengajak mereka berbincang. Deni menyusul Lia yang sudah merebahkan diri, berbaring miring mengadap sang istri. “Tadi Bang Ian nelpon.” “Oh, oke. Terus?” “Badrun – adiknya si Burhan – udah ketemu.” “Terus?” Deni menyisipkan lengan kanannya di bawah leher Lia, merapatkan diri, sementara satu tangannya memijit-mijit pungung istrinya. “Kak?” “Dia ngakuin kesalahannya. Bilang kalau dia begitu karena kesal berhubung Burhan harus masuk penjara cuma gara-gara masalah sepele.” “Sepele?” sengit Lia, nyaris memekik. “Kata Bang Ian dia dimarahin polisi gara-gara ngeremenin begitu. Dikasih tau kalau Burh