10

1714 Kata

Suasana ruang kerja Bagas sore itu begitu tegang. Lampu gantung kristal menyinari meja kayu besar yang penuh tumpukan berkas—dokumen kontrak, laporan keuangan, hingga map-map hitam yang tampak mencurigakan. Bagas duduk di kursi kulit, mengetukkan jari ke meja, wajahnya muram, pikirannya masih sibuk dengan pertemuan rahasia yang ia jalani siang tadi. Ketukan keras-keras di pintu memecah kesunyian. Tanpa menunggu jawaban, pintu didorong terbuka. Nindya masuk lebih dulu, langkahnya tergesa, wajah kusut dengan napas sedikit memburu. “Aku nggak habis pikir, Gas…” suaranya berat, nyaris seperti terengah. “Kenapa Sekar selalu saja membuatku naik pitam. Aku bertemu dengannya di hotel.” Bagas mengangkat kepala, dahi berkerut. “Hotel? Bisa nggak Mama bicara yang jelas?” Nindya langsung melangkah

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN