Langkahnya terhenti di tengah kamar kosong itu. d**a Bagas naik turun, matanya merah, seperti binatang buas yang gagal memangsa. Tangannya mencengkeram sprei ranjang Sekar, lalu menariknya kasar, menempelkan wajahnya ke kain itu. Aroma samar parfum wanita itu menusuk hidungnya. “Astaga… Sekar…” desisnya parau, bibirnya menempel di kain, matanya menutup rapat seolah sedang menahan letupan gila di dalam kepalanya. “Kamu buat aku gila… buat aku ingin menghancurkan semua orang yang ngedekat kepadamu.” Ia menyambar lagi sebuah lingerie tipis yang tergantung di lemari, tak puas dengan yang sudah dia hirup tadi, menggenggamnya erat. Bagas menghirup dalam-dalam, seperti pecandu yang tak pernah cukup. Bahunya bergetar. Senyum bengis merobek wajahnya. Namun kegilaannya terhenti ketika ponsel di s

